PPC Iklan Blogger Indonesia
0 comments

Maksimalkan Ibadah 10 Hari Terakhir Ramadhan

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda: "Barang siapa yang mendirikan Lailatul Qadar dengan iman dan ketakwaan, maka Allah akan menghapuskan semua dosanya yang telah lalu". (HR. Bukhari dan Muslim)

Mendirikan malam Lailatul Qadar bermakna mengisi malam itu dengan berbagai ibadah dan menjauhkannya dari semua perbuatan maksiat, hingga dia benar-benar menjadi malam yang penuh kebaikan dan keberkahan.

Ada beberapa amalan ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan sahabat pada malam-malam akhir Ramadhan untuk mengisi dan mendirikan Lailatul Qadar diantaranya:

Pertama, mandi, berpakaian indah dan memakai harum-haruman. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Asim bahwa Huzaifah pernah mengerjakan qiyam (ibadah malam) Ramadhan bersama Rasulullah dan melihat bahwa Rasulullah SAW mandi pada malam itu. Ibnu Jarir pula berkata bahwa sahabat menyukai mandi pada malam-malam akhir bulan Ramadhan.

Demikian pula beberapa riwayat dari sahabat seperti Anas bin Malik dan ulama pada masa Tabi'in menyatakan bahwa mereka akan mandi, memakai baju indah dan memakai harum-haruman apabila berada pada akhir bulan Ramadhan.

Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sahabat dan tabi'in ini adalah satu upaya untuk menyambut dan merayakan dengan gembira kedatangan Lailatul Qadar, sambil berdo'a untuk mendapatkan keampunan dan keberkahan malam itu.

Kedua, melaksanakan shalat sunnah, I'tikaf serta memperbanyak membaca Al-Qur'an. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadits dari Siti Aisyah ra, berkata: "Adalah Rasulullah apabila telah masuk 10 akhir dari Ramadhan, maka Baginda akan menghidupkan malam-malamnya, membangunkan keluarganya dan mengikat pinggangnya".

Para sahabat dan ulama berbeda pendapat dalam memberikan penafsiran terhadap hadits diatas. Akan tetapi mereka sepakat bahwa Rasulullah melebihkan ibadahnya pada 10 malam yang terakhir di bulan Ramadhan.

Ibadah yang biasa dilakukan pada malam Ramadhan adalah shalat Tarawih dan Witir serta membaca Al-Qur'an. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Amru bin Ash berkata: "Barang siapa yang shalat pada malam Ramadhan dan membaca 10 ayat dari Al-Qur'an maka dia tidaklah dicatat sebagai orang yang lalai".

Mengerjakan dan melaksanakan shalat serta membaca Al-Qur'an di malam 10 hari akhir Ramadhan sangatlah penting, hingga dalam satu riwayat dikatakan bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat pada 10 akhir malam Ramadhan dan membaca Al-Qur'an dengan tertib.
Rasulullah tidak akan melalui (dengan membaca) ayat-ayat rahmat kecuali berharap Allah SWT memberikan rahmat itu dan tidak melalui (dengan membaca) ayat-ayat adzab kecuali mohon perlindungan kepada Allah SWT dari azab itu.

Shalat berjamaah juga sangat diutamakan pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan sehingga Imam Malik dan Imam Syafi'i berkata: "Siapa yang shalat isya dan subuh berjamaah pada malam Lailtul Qadar, dia telah mengambil bagiannya dari malam itu. Artinya orang yang mengerjakan shalat isya dan subuh saja dianggap telah mendapat sebagian dari Lailatul Qadar, apalagi mereka mengisinya dengan amalan lain sepanjang malam itu".

Selain shalat dan membaca Al Qur'an, 10 hari terakhir Ramadhan ini, biasanya diisi oleh Rasulullah dengan ber-i'tikaf di masjid dan tidak tidur bersama isteri-isterinya. Hal ini berdasarkan hadits dari Siti Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Berkata: Bahwa Rasulullah beriktikaf pada 10 hari terakhir hingga Rasulullah wafat.

Ketiga, dengan memperbanyak doa. Rasulullah bersabda: "Doa adalah otak segala ibadah. Doa juga kunci dari semua ibadah. Siti Aisyah diperintahkan oleh Rasulullah untuk memperbanyak doa pada 10 hari malam terakhir Ramadhan.

Dalam satu hadits dari Siti Aisyah diriwayatkan Imam At-Tirmizi, Siti Aisyah diajarkan oleh Rasulullah SAW membaca doa pada malam Lailatul Qadar.

Ulama bersepakat bahwa doa yang paling utama pada malam Lailatul Qadar itu adalah doa yang meminta keampunan dan ke-maafan dari Allah SWT sebagaimana doa yang diajarkan Rasulullah kepada Siti Aisyah. Doanya berbunyi: Allahumma innaka afuwun tuhibbul afwa fa fu anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun, maka ampunilah aku ini).

Pada malam itu Allah SWT akan mengabulkan semua permohonan dan doa, terkecuali terhadap empat golongan manusia. Ibnu Abbas berkata: "Semua doa pada malam itu diterima terkecuali doa orang meminum arak, anak yang durhaka kepada ibu bapak, orang yang selalu bertengkar dan mereka yang memutuskan silaturahim".

Demikianlah amalan ibadah, sebaiknya dilakukan pada malam 10 hari terakhir. Semoga kita termasuk orang yang mendapat keberkahan ibadah di malam 10 hari terakhir hingga selepas Ramadhan, seakan-akan anak yang baru lahir dari rahim ibunya, bersih dari segala dosa (fitrah).

0 comments

mengapa shalat menghadap ka'bah?

Kenapa shalat harus, menghadap Ka'bah? Jawab yang paling gampang dan benar adalah, karena ini perintah Allah. Pada awalnya, shalatnya orang Islam pernah menghadap ke Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsha di Palestina. Barangkali, karena rasululullah melakukan perjalanan Mi'raj di masjid Aqsha tersebut. Sehingga, kiblat shalat di arahkan ke sana .


Akan tetapi seiring dengan perkembangan agama Islam, banyak orang-orang yahudi yang melecehkan umat Islam. Mereka mengatakan bahwa orang Islam kalau shalat menghadap ke Palestina, tanahnya orang yahudi. Tentu saja, ini membuat umat Islam waktu itu merasa tidak enak hati. Bahkan Rasulullah juga merasa tidak enak hati. Akan tetapi karena ini perintah Allah maka dijalani dengan taat. Namun rasul memendam perasaan dalam hati.

Sampai suatu ketika Allah merespon perasaan umat Islam dan kegundahan Rasulullah pada waktu itu. Maka, saat umat Islam berjamaah di sebuah masjid di Madinah, turunlah wahyu agar Rasulullah memindahkan kiblat dari masjid al Aqsha menuju ke arah Ka'bah di Masjid al Haram.

Pada waktu itu juga Rasulullah mengubah arah kiblatnya, menghadap ke Ka'bah meskipun sedang dalam keadaan shalat berjamaah. Sehingga sebagian makmumnya, waktu itu merasa kebingungan dengan perubahan mendadak itu. Lantas, sesudah shalat, Rasulullah menjelaskan bahwa beliau baru saja memperoleh perintah untuk memindahkan arah kiblat.

Maka bergembiralah umat Islam. Dan, masjid di mana ayat itu turun, dinamakan masjid Kiblatain atau masjid dengan dua kiblat. (QS. Al Baqarah : 142 - 150)

Lantas apakah fungsi kita menghadap Ka'bah Apakah untuk menyembahnya? Sama sekali tidak Karena kita tahu pasti bahwa kita hanya menyembah Allah. Ka'bah hanya berfungsi untuk memfokuskar pancaran-pancaran energi yang terjadi akibat orang bershalat di seluruh dunia.

Kalau kita amati, setiap saat Ka'bah dilingkar oleh jamaah yang sedang bershalat. Mulai dari yang paling dekat di sekitar Ka'bah sampai yang terjauh di balik bumi Mekkah. Akan tetapi yang unik, semua jamaah itu berkeliling menghadap Ka'bah, yang berdiri di timur, menghadap ke barat, yang berada di barat menghadap ke timur. Demikian pula yang di selatan menghadap ke utara, dan sebaliknya yang di utara menghadap selatan. Jamaah shalat di seluruh dunia terus menerus melingkari Ka'bah, sepanjang hari sesuai dengan pergerakan matahari.

Saya membayangkan, betapa telah terjadi ketegangan medan elektromagnetik antara orang-orang yang bershalat di seluruh dunia dengan Ka'bah. Kenapa demikian? Karena manusia yang bershalat itu sedang melakukan gerakan-gerakan meditasi energi. Mulai dari mengangkat tangan, sambil membaca takbir, kemudian rukuk, iktidal, sujud dan seterusnya. Setiap gerakan selalu memunculkan energi yang berbeda. Juga bergantung pada tingkat kekhusyukannya dalam berdoa sepanjang shalatnya.

Dalam pemahaman Fisika, jika ada benda bermuatan listrik bergerak-gerak secara periodik dengan basis gerakan berputar, maka akan terjadi medan elektromagnetik. Dalam hal shalat, gerakan yang dilakukan adalah gerakan yang berbasis pada gerakan berputar.

Contoh: bertakbir dengan mengangkat tangan. Sebenarnya kita sedang melakukan penggalan gerakan berputar sejauh 180 derajat. Posisi tangan, tadinya menggantung ke bawah sejajar badan, kemudian telapak tangannya diangkat sampai sejajar telinga. Kalau dibuat sudut pergerakan telapak tangannya, maka kita sedang menggerakan tangan kita sejauh 180 derajat. Kemudian kita mengembalikan ke posisi semula, atau bersedekap di perut.

Demikian pula gerakan gerakan rukuk, iktidal dan sujud. Semua itu berupa penggalan gerakan berputar masing-masing, rukuk 90 derajat, iktidal 90 derajat, sujud 135 derajat. Setiap gerakan itu akan menghasilkan perubahan-perubahan pancaran energi dari tubuh kita, dan akan menghasilkan medan elektromagnetik antara kita dengan Ka'bah.

Apakah medan elektromagnetik itu bisa terbentuk meskipun jarak kita dengan Ka'bah sangat jauh? Sangat bisa, karena kecepatan gelombang elektromagnetik itu sangatlah tinggi. Sehingga jarak ribuan kilometer bisa ditempuh dalam orde detik saja. Apalagi, kalau hati kita sudah memancarkan cahaya ilahiah, maka interaksi energial kita dengan Ka'bah itu berlangsung hanya dalam orde sepersekian detik. Sebab, cahaya dengan kecepatan 300.000 km per detik itu mampu mengelilingi bumi 7,5 kali hanya dalam waktu 1 detik !

Apalagi bagi mereka yang melakukan shalat dekat dengan Ka'bah. Interaksi energi itu menjadi demikian dahsyatnya. Apa pun alasannya, kedekatan antara Ka'bah dan orang yang bershalat akan menimbulkan dampak yang luar biasa.

Dalam waktu yang bersamaan, seseorang yang bershalat di sekitar Ka'bah akan memperoleh akumulasi pancaran energi positif dari Ka'bah. yang pertama, disebabkan oleh energi nabi Ibrahim yang membekas di seluruh `petilasannya' . yang kedua, berasal dari putaran orang berthawaf di Ka'bah. Dan yang ketiga, berasal dari aktivitas shalat umat Islam di seluruh dunia.

Maka, bisa kita bayangkan betapa besarnya manfaat (pahala) untuk bisa berdekatan dengan Ka'bah. Dalam konteks bershalat di sekitar Ka'bah, maka pantaslah Rasulullah menyebutkan pahala 100.000 kali lipat dibandingkan pahala shalat sendirian.

Jutaan jamaah yang shalat di seputar Ka'bah itu telah menyebabkan akumulasi energi yang sangat besar. Ibarat baterai yang digabungkan secara serial, jutaan manusia yang berisi miliaran bioelektron itu menghasilkan energi positif yang dahsyat pula. Energi itu, di satu sisi bergerak vertikal untuk berkomunikasi dengan Allah. Dan di sisi yang lain bergerak secara horisontal `menyirami' tubuh dan hati kita dengan frekuensi yang sangat tinggi, menetralisir berbagai
ketidakstabilan dalam diri dan jiwa kita.

Akan tetapi sekali lagi perlu saya ingatkan, bahwa manfaat energi positif itu bagi kita sangat bergantung pada penerimaan kita sendiri apakah hati kita terbuka untuk menerimanya. Jika tidak, maka pusaran energi yang dahsyat itu sama sekali tidak akan mampu merubah kondisi kita baik secara fisik maupun kejiwaan.

Kondisi kita pada waktu itu harus rendah hati dan khusyuk, sebagaimana lazimnya orang-orang yang berdoa dan bermunaiat kepada Allah. Dalam kondisi yang demikian, maka hati kita akan bergetar seperti digambarkan oleh Allah: "Yaitu orang-orang yang hatinya bergetar
ketika disebut nama Allah."

0 comments

Keajaiban Lebah Madu

Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. (QS. An-Nahl, 16:68)


Lebah madu membuat tempat penyimpanan madu dengan bentuk heksagonal. Sebuah bentuk penyimpanan yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk geometris lain. Lebah menggunakan bentuk yang memungkinkan mereka menyimpan madu dalam jumlah maksimal dengan menggunakan material yang paling sedikit. Para ahli matematika merasa kagum ketika mengetahui perhitungan lebah yang sangat cermat. Aspek lain yang mengagumkan adalah cara komunikasi antar lebah yang sulit untuk dipercaya. Setelah menemukan sumber makanan, lebah pemadu yang bertugas mencari bunga untuk pembuatan madu terbang lurus ke sarangnya. Ia memberitahukan kepada lebah-lebah yang lain arah sudut dan jarak sumber makanan dari sarang dengan sebuah tarian khusus. Setelah memperhatikan dengan seksama isyarat gerak dalam tarian tersebut, akhirnya lebah-lebah yang lainnya mengetahui posisi sumber makanan tersebut dan mampu menemukannya tanpa kesulitan.

Lebah menggunakan cara yang sangat menarik ketika membangun sarang. Mereka memulai membangun sel-sel tempat penyimpanan madu dari sudut-sudut yang berbeda, seterusnya hingga pada akhirnya mereka bertemu di tengah. Setelah pekerjaan usai, tidak nampak adanya ketidakserasian ataupun tambal sulam pada sel-sel tersebut. Manusia tak mampu membuat perancangan yang sempurna ini tanpa perhitungan geometris yang rumit; akan tetapi lebah melakukannya dengan sangat mudah. Fenomena ini membuktikan bahwa lebah diberi petunjuk melalui “ilham” dari Allah swt sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 68 di atas.

Sejak jutaan tahun yang lalu lebah telah menghasilkan madu sepuluh kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan. Satu-satunya alasan mengapa binatang yang melakukan segala perhitungan secara terinci ini memproduksi madu secara berlebihan adalah agar manusia dapat memperoleh manfaat dari madu yang mengandung “obat bagi manusia” tersebut. Allah menyatakan tugas lebah ini dalam Al-Qur'an:
Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 69)
Tahukah anda tentang manfaat madu sebagai salah satu sumber makanan yang Allah sediakan untuk manusia melalui serangga yang mungil ini?Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat.
Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon.
Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari dan propolis (getah lebah) dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh sama sekali. Para dokter asal Polandia juga mengatakan dalam konferensi tersebut bahwa getah lebah (bee resin) dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit kulit, penyakit ginekologis dan berbagai penyakit lainnya

0 comments

Keistimewaan Air Zam Zam

Air zam-zam memiliki kandungan yang berbeda dengan air biasa ?

Benar, air zam-zam memiliki keistimewaan dalam zat-zat yang dikandungnya. Tentang hal ini, sejumlah peneliti dari Pakistan telah melakukan penelitian panjang dan akhirnya mereka menemukan hal ini. Dan Pusat Penelitian Haji pun sudah melakukan hal yang sama terhadap air zam-zam, maka mereka menemukan bahwa air zam-zam adalah air yang menakjubkan, berbeda dengan air pada umunya.

Sami Unqowy, Eng., Ketua Pusat Penelitian Haji, "Ketika kami melakukan penggalian untuk perluasan sumur zam-zam, maka setiap kali mengambil air zam-zam tersebut semakin bertambah air yang keluar, setiap kami mengambil airnya, bertambah pula air dari sumur zam-zam itu, ...maka kami menyibukkan diri untuk memompa (menyedot) air zam-zam itu dengan tiga kali sedotan agar kering sehingga memudahkan kami dalam memasang pondasi. Lalu, kami pun melakukan penelitian terhadap air zam-zam dari celah-celah mata airnya untuk mengetahui ada tidaknya bakteri. Maka, ternyata air zam-zam tesebut tidak mengandung satu jenis bakteri pun!! Murni dan bersih. Akan bisa terkontaminasi setelah dipindahkan pada bejana atau ember, maka polutan pun masuk kepadanya !! Akan tetapi air itu bersih dan suci tidak terdapat bakteri apapun. Ini adalah keistimewaan air zam-zam. Dan diantara keistimewaan lainnya adalah engkau masih bisa menikmati air zam-zam itu sampai sekarang, dan terus mengalir sejak zaman Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam sampai kini.

Berapa usia sumur biasa untuk tetap bisa mengeluarkan air ? 50 tahun, 100 tahun, dikeduk airnya dan habis. Maka air zam-zam ini terus-menerus mengeluarkan air!!?.

Rasulullah bersabda, "Air zam-zam adalah sesuai dengan tujuan orang yang meminumnya" (HR. Ahmad.Benar, aku mengetahui ini dengan sebenar-benarnya tentang kisah seorang laki-laki asal Yaman, aku mengenalnya dan dia adalah sahabatku, dia adalah orang yang sudah tua, pandangan matanya sudah melemah... karena sebab usianya yang sudah lanjut, hampir saja ia tidak bisa melihat ! Ia selalu membaca Al-Qur'an, dan dia sangat bersemangat untuk selalu membacanya... dia selalu memperbanyak membacanya, di sisinya ada mushaf kecil; mushhaf kecil itu serasa tidak ingin berpisah dengannya, akan tetapi karena melemahnya kekuatan matanya, apa yang harus ia perbuat?! Ia pun berkata, "Katanya air zam-zam itu bisa jadi obat, maka akupun mendatangi zam-zam itu, lalu aku pun mengambil dan meminumnya, tiba-tiba aku pun mulai bisa melihat kembali tulisan mushhaf." Aku melihat ia pun mengambil mushhaf kecilnya dari saku dan membacanya. Ia pun berkata, "Ini berkat aku meminum air zam-zam itu.

Maka, wahai saudara-saudaraku yang mulia. Ini adalah hadits Rasulullah. Akan tetapi do'a syaratnya adalah pelakunya harus yakin doanya akan dikabulkan, ia memenuhi perintah Allah; orang yang berdo'a memenuhi syarat sebagaimana firman Allah:

Dan jika para hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat, Aku mengabulkan do'anya orang-orang yang berdoa, maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan mengimani Aku agar mereka mendapat bimbingan (Q.S. Al-Baqarah: 186)


Yusriyah Sembuh dari Penyakit Mata Sebelah Kirinya setelah Minum Air Zam-Zam

Seorang ikhwah yang baru pulang dari haji bercerita. Kata dia, "Seorang ibu yang mulia namanya Yusriyah Abdurrahman Hiraz ikut bersama kami melakukan haji dalam rombongan Departemen Wakaf Mu'jizat yang terjadi karena barokah air zam-zam. Ia berkata, "Yusriyah pernah menderita penyakit mata yang disebabkan oleh bakteri nyamuk bertahun-tahun hingga menyebabkan migran (sakit kepala sebagian) sepanjang siang dan malam dan tidak mereda sedikitpun, ... sampai akhirnya mata kirinya tersebut tidak bisa melihat sama sekali karena adanya selaput putih di matanya. Maka ia pun pergi ke salah seorang dokter spesialis mata ternama. Tapi dokter tersebut mengatakan, "Tidak ada cara lain untuk menyembuhkan migran tersebut (sebagai efek sakit matanya) kecuali dengan menyuntik mata tersebut, akan tetapi itu pun akan berakibat kebutaan untuk selamanya.

Maka, Ny. Yusriyah semakin bertambah ketakutan mendengar perkataan dokter itu. Akan tetapi, ia adalah orang yang percaya benar dan merasa tenteram dengan rahmat Allah. Dan hal itu akan mendatangkan sebab pengobatan sakitnya, demikian setelah mendengar penegasan para dokter tentang sakit yang ia derita itu... Maka, ia pun berkeinginan untuk melakukan umrah, sehingga memungkinkan mendapat obat dan penawar langsung dari Allah di Baitullah Al-Haram.

Maka, ia pun datang ke Mekkah dan thawaf di Ka'bah -waktu itu belum ramai orang-orang besar demikian kata beliau- sehingga ia bisa mencium hajar aswad dan menyentuhkan matanya yang sakit padanya ... lalu ia pun pergi menuju air zam-zam dan meminum satu cangkir serta mencuci matanya dengan air zam-zam itu ... setelah itu, ia pun meneruskan sa'i, lalu kembali ke Ghandaq tempat ia memulai ihram.

Maka, aku menemuinya sekembalinya dari Ghandaq dan matanya yang sakit menjadi sehat sempurna, dan penyakit matanya pun hilang tanpa ada bekas sedikitpun.

Bagaimana mungkin penyakit bisa hilang (diangkat) tanpa ada operasi?? Dan, bagaimana mungkin pandangan matanya bisa kembali sehat seperti biasa tanpa diobati?? Dan ilmu kedokteran yang mengobati penderitaannya tidak mampu melakukan apapun, kecuali membenarkan keagungan Allah yang Maha Besar; bahwa ibu yang sakit ini, yang para dokter gagal membantu pengobatannya, telah diobati oleh Dzat Yang Maha Mengobati, ketika ia melakukan kunjungan ibada (Umrah), sebagaimana Rasululah kabarkan:

Air zam-zam tergantung niat orang yang meminumnya, jika engkau meniatkan dalam meminumnya untuk mengobatimu, maka Allah akan menyembuhkanmu; jika engkau niatkan agar engkau kenyang, maka Allah menjadikanmu kenyang; jika engkau meniatkannya untuk menghilangkan haus, maka Allah akan menghilangkan kehausanmu, dan zam-zam itu adalah cekungan yang dibuat oleh Jibril dan air yang mengalir yang Allah berikan kepada Ismail (HR. Daraquthni).

Keluarnya Batu Tanpa Operasi

Dan kisah seperti ini serta kisah-kisah lainnya pun kami pernah mendengarnya dari sahabat-sahabat kami, atau pun kami membacanya. Dan itu semua meskipun menunjukkan kepada sesuatu hal, akan tetapi itu menunjukkan atas benarnya perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang sumur yang penuh barakah ini (zam-zam).

Yang mengisahkan cerita ini adalah Dr. Farouq 'Antar. Beliau berkata, "Aku telah menderita kencing batu selama bertahun-tahun. Para dokter menyatakan tidak mampu mengeluarkannya kecuali dengan operasi. Akan tetapi aku mengurungkan niat operasi itu dua kali, kemudian aku aku berniat untuk melakukan umrah, dan aku memohon kepada Allah agar memberikan kesembuhan kepadaku tanpa operasi.

Maka, Dr. Farouq pun pergi ke Mekkah, dan melakukan umrah di sana serta minum air zam-zam, mencium hajar aswad, sholat dua rakaat sebelum keluar dari Masjidil Haram, maka tiba-tiba ia merasakan sesuatu di kantung kemihnya, maka ia pun bergegas ke kamar kecil. Maka, ternyata sesuatu yang menakjubkan telah terjadi, keluar batu yang lumayan besar, dan ia pun sembuh tanpa harus masuk ke ruang operasi.Dan sungguh ketika keluarnya batu telah mengejutkan dirinya dan para dokter yang selalu mengikuti perkembangan kesehatannya.

0 comments

Tips & Trik Selama Bulan Ramadhan

:: PUASA ::
Bagi yang sulit bangun pagi, cobalah tips-tips berikut ini.

1. Pasanglah alarm sebanyak mungkin. Aktifkan alarm handphone, jam weker, kalau perlu minta teman untuk membangunkan sahur.

2. Tidur lebih cepat kalau perlu langsung tidur sehabis tarawih biar pas sahur nggak ngantuk .

3. Minta orang rumah untuk menggedor-gedor pintu supaya kaget lalu terbangun tapi bagi yang punya penyakit jantung diharapkan tidak mengikuti saran ini.

Dalam hal menahan nafsu, cobalah tips-tips berikut ini.

1. Dalam menahan nafsu makan dan minum, cobalah menghindari restoran, tempat makan, warteg dll. Pakai kacamata kuda biar pandangan lurus ke depan sehingga tidak tengok kiri-kanan yang merupakan kawasan kuliner.

2. Sembunyikan koleksi-koleksi maksiat di bawah tempat tidur atau di dalam lemari yang paling dalam sehingga tidak mengundang nafsu ketika puasa. Ingat, puasa tidak hanya menahan nafsu makan dan minum saja.

3. Tutupi poster tidak senonoh dengan jadwal puasa. Apabila poster seukuran pintu, print jadwal puasa yang tak kalah besar. Sehingga menutupi poster laknat tersebut. Atau kalau perlu discan dan diubah pakai photoshop agar lebih islami. Contohnya ini: Miyabi saja bisa pakai jilbab selama bulan puasa.

Dalam mengatasi masalah-masalah lain.

1. Masalah bau mulut. Biasanya ketika puasa masalah ini dihadapi oleh semua yang menjalankan puasa. Upayakan menggosok gigi dengan rajin, tapi harus hati-hati. Jangan sampai airnya terminum (apalagi dengan sengaja) karena dapat membatalkan puasa.

2. Kurangi berbicara, selain hemat energi, tidak bikin mual (karena bau nafas naga yang bahkan bisa mematikan), juga menghindari dosa akan bergosip. Ingat, puasa tidak hanya menahan nafsu makan dan minum saja. Namun juga menahan nafsu bergosip.

3. Masalah waktu selama menjalankan puasa. Supaya waktu puasa tak berasa lama, isi waktu anda dengan sebaik mungkin dan lakukan sesuatu yang berguna. Jangan pas puasa kerjanya molor terus. Makruh ituh! Perbanyak dzikir, membaca Al-Quran atau blogging hehe…

4. Ketika sudah berbuka puasa, makanlah secukupnya. Jangan langsung makan seperti babi dan ‘balas dendam’ dengan memakan semua yang tersebar di meja makan secara brutal . Hal ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara drastis. Kunyahlah makanan secara pelan-pelan karena lambung tentunya kaget setelah tidak ada asupan selama 14 jam.

:: TARAWIH ::
Berikut adalah tips-tips melakukan sholat tarawih.

1. Datang lebih cepat supaya mendapatkan posisi sholat yang enak. (Dapat di depan, biar bisa mendengarkan ceramah dengan jelas. Pilih tempat di pojok biar nggak kelihatan kalau molor. Atau dekat tempat wudhu, jadi kalau kentut langsung bisa lari ke tempat wudhu ).

2. Jika takut sandal anda hilang, taruhlah sandal di tempat yang berbeda. Misalnya, sandal sebelah kanan taruh di pojok pintu masuk sebelah kanan. Sedangkan sandal sebelah kiri, ditaruh di pojok pintu sebelah kiri. Dijamin tidak akan ada yang mengambil karena disangkain sandal hilang hohoho…

3. Pilih jumlah rakaat tarawih sesuai kemampuan. Jangan pilih yang 20 rakaat apabila tidak mampu alias kecapean karena habis makan harus melakukan gerakan-gerakan sholat secara berulang-ulang padahal kegiatan ini bisa menurunkan berat badan lho. Tapi memang lebih baik lagi apabila mau melaksanakan tarawih 20 rakaat. IMO lho…

4. Bawa alat perekam untuk merekam ceramah sehingga anda bisa molor dapat mendengarkannya secara berulang-ulang sampai ceramah tersebut dapat dijadikan postingan merasuk ke dalam hati.

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

1 comments

Tips Sehat Lahir Batin Saat Ramadhan

1. Tidurlah setelah sholat tarawih

2. Bangun pada awal sepertiga malam, minum air putih 2 gelas (400 cc)

3. Bagi yang belum witir dapat menambah Qiyamul Lail kemudian witir

4. Sebelum makan sahur, minum setengah gelas minuman dengan PH sedikit asam (sari jeruk, anggur, apel, nanas, yoghurt, dsb)

5. Makan sahur dimulai dengan menu daging, ikan, atau telur dilanjutkan dengan nasi, sayur, dan buah.
Ditutup dengan secangkir kopi atau teh.

6. Shubuh - dhuha, Usahakan jangan tidur setelah sholat shubuh. Isikan dengan tilawah Qur'an, dan dapat diselingi dengan olahraga, relaksasi seperti jalan santai di seputar rumah atau kebun.

7. Dhuha - sekitar jam 10 WIB diisi dengan kegiatan afektif (silaturahmi, mencari data ataupun mengevaluasi diri)

8. Jam 10 WIB - Dzuhur diisi dengan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian.
Sholat Dzuhur lengkap dengan sunnah rawatib ba’da Dzuhur - Ashar untuk melakukan aktivitas kognitif (pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan)

9. Ashar - Maghrib digunakan untuk kegiatan yang memerlukan kebijaksanaan (menegur anak, memperingatkan staf di kantor atau saling menasehati)

10. Pada saat berbuka, awalilah dengan sedikit makanan manis, diikuti dengan air putih lalu sholat maghrib.

11. Usai sholat makan malam dengan mendahulukan daging, ikan, telur, tahu, tempe, baru nasi, sayur, dan buah.
Tutup dengan secangkir teh.

0 comments

Marhaban Ya Ramadhan, welcome Ramadhan


"Ya Allah berikan kepada kami barakah pada bulan Rajab, Sya'ban dan berikanlah kami kesempatan untuk berjumpa kembali dengan RamadhanMu yang suci...kabulkanlah ya Allah..."


Ungkapan di atas merupakan untaian do'a yang dilantunkan oleh para shahabat enam bulan sebelum orang-orang yang di cintai Allah tersebut bertemu dengan bulan Ramadhan. Bisa kita bayangkan betapa berharga dan istimewanya Ramadhan bagi mereka sehingga kedatangannya sangat dinanti dan dirindukan, hingga Rasulullah menyatakan: "sekiranya ummmatku mengetahui akan kandungan yang dibawa bulan Ramadhan, maka semuanya akan berharap agar sepanjang tahun berisi hanya bulan Ramadhan ". Bagaimana dengan kita, apakah Ramadhan merupakan suatu hal yang special di hati kita ?


KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN


Ketika bulan sya'ban akan berakhir dan Ramadhan segera menjelang, Rasulullah saw memberikan bekalan ruhani kepada para shahabat mengenai bulan suci Ramadhan. Rasulullah menganjurkan kepada para shahabat untuk memperbanyak melakukan amal ibadah karena ibadah pada bulan Ramadhan nilai pahalanya akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat atau lebih, Rasulullah juga menganjurkan sekali untuk memberi makanan berbuka (iftor) kepada orang-orang yang berpuasa karena bagi orang tersebut akan mendapat pahala dari orang yang diberi bukaan tanpa mengurangi pahala orang tersebut.


Shahabat bertanya : Ya, rasulullah saya tidak mempunyai apa-apa yang berharga untuk diberikan kepada orang yang berpuasa, Rasulullah menjawab : Sediakanlah apapun yang kau punya walaupun hanya sepotong kurma, seteguk air ataupun segelas susu asam.


Keistimewaan-keistimewaan lain yang dapat kita peroleh pada bulan Ramadhan adalah :


Ramadhan merupakan bulan yang permulaannya penuh rahmat, pertengahannya penuh dengan ampunan dan akhirnya penuh dengan kebebasan dari api neraka.


Allah akan mengampuni dosa-dosa yang terdahulu bagi orang-orang yang melakukan puasa semata-mata karena keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah.


Terbukanya pintu-pintu syurga dan tertutupnya pintu-pintu neraka.


Ibadah wajib yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan dilipatgandakan nilai pahalanya, dan bila melakukan ibadah sunah pahalanya sama dengan ibadah wajib.


Di dalam bulan Ramadhan tersebut ada satu malam yang dinamakan malam lailatul qadr yang barang siapa beribadah pada malam tersebut nilai pahalanya lebih dari beribadah selama 1000 bulan.


PERSIAPAN MENJELANG RAMADHAN


Para shahabat membagi waktu dalam setahun ini menjadi dua bagian, enam bulan menjelang Ramadan, mereka sibuk untuk melakukan persiapan menjelang Ramadhan, enam bulan setelah Ramadhan mereka gunakan untuk mengevaluasi dan memohon pada Allah agar amal ibadah di bulan Ramadhan tersebut dapat bernilai dan diterima oleh Allah. Persiapan-persiapan apa saja yang shahabat contohkan sehingga ketika kita memasuki bulan puasa tersebut, kita dalam keadaan siap lahir bathin dan akan memperolah hasil maksimal disisi Allah.


Hendaknya kita menyambut bulah suci ini dengan suka cita dan penuh kerinduan sehingga dapat menumbuhkan motivasi/semangat dalam menjalankan segala amal ibadah di bulan tersebut.


Menyempurnakan segala kekurangan yang ada pada masa yang lalu


sempurnakanlah hutang-hutang puasa ramadhan yang lalu


selesaikanlah segala utang piutang yang telah jatuh tempo dan janganlah sungkan untuk bertanya pada sesama rekan mengenai hutang-hutang kita, dikhawatirkan tanpa kita sadari ada hutang yang belum terbayar, walaupun jumlahnya kecil janganlah dianggap sepele.


perbaikilah hubungan antar manusia dengan silaturahim dan saling memaafkan


Bacalah kembali buku-buku mengenai Fiqhusshaum (hukum-hukum puasa) sehingga dalam melaksanakannya kita merasa yakin bahwa ibadah yang kta lakukan sesuai dengan yang disyariatkan, tidak hanya ikut-ikutan, dan akan bernilai tinggi disisi Allah karena dilakukan atas dasar ilmu.


Pada saat bulan Ramadhan, jadwal waktu makan kita, tidur dan segala aktivitas kita akan berubah, yang secara otomatis akan berpengaruh dengan tubuh kita, oleh karena itu dibutuhkan persiapan fisik yang prima sehingga perubahan jadwal aktivitas tersebut tidak mengurangi etos kerja kita. Janganlah puasa Ramadhan ini dijadikan kambing hitam untuk mentolerir penurunan etos kerja kita. Akan lebih baik lagi bila pada bulan Sya'ban ini kita banyak melakukan puasa sebagai sarana latihan menjelang Ramadhan.


Persiapan terakhir yang tidak kalah penting adalah persiapan materi untuk memenuhi kebutuhan sepanjang bulan ramadhan dan untuk keperluan berinfaq dan shodaqoh, kebutuhan ini harus dipenuhi terutama bagi orang-orang berni'at untuk beri'tikaf (berdiam di mesjid dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah swt).



0 comments

16 kekeliruan umum selama ramadhan

Meski Ramadhan bulan adalah bulan ampunan, untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang kini ‘menyapa’ kita, di bawah ini kami sarikan 16 kekeliruan umum yang sering dialami umat Islam selama Ramadhan



Hanya orang yang tidak tahu dan enggan saja yang tidak segera bergegas menyambut bulan suci ini dalam arti yang sebenarnya, lahir maupun batin. “Berapa banyak orang yang berpuasa (tapi) tak memperoleh apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga belaka”. (HR. Ibnu Majah & Nasa’i)



Namun, setiap kali usai kita menunaikan ibadah shiyam, nampaknya terasa ada saja yang kurang sempurna dalam pelaksanaannya, semoga poin-poin kesalahan yang acap kali masih terulang dan menghinggapi sebagian besar umat ini dapat memberi kita arahan dan panduan agar puasa kita tahun ini, lebih paripurna dan bermakna.



1. Merasa sedih, malas, loyo dan tak bergairah menyambut bulan suci Ramadhan



Acapkali perasaan malas segera menyergap mereka yang enggan menahan rasa payah dan penat selama berpuasa. Mereka berasumsi bahwa puasa identik dengan istirahat, break dan aktifitas-aktifitas non-produktif lainnya, sehingga ini berefek pada produktifitas kerja yang cenderung menurun. Padahal puasa mendidik kita untuk mampu lebih survive dan lebih memiliki daya tahan yang kuat. Sejarah mencatat bahwa kemenangan-kemenangan besar dalam futuhaat (pembebasan wilayah yang disertai dengan peperangan) yang dilancarkan oleh Rasul dan para sahabat, terjadi di tengah bulan Ramadhan.



Semoga ini menjadi motivator bagi kita semua, agar tidak bermental loyo & malas dan tidak berlindung di balik kata “Aku sedang puasa”.



2. Berpuasa tapi enggan melaksanakan shalat fardhu lima waktu



Ini penyakit yang --diakui atau tidak-- menghinggapi sebagian umat Islam, mereka mengira bahwa Ramadhan cukup dijalani dengan puasa semata, tanpa mau repot mengiringinya dengan ibadah shalat fardhu. Padahal shalat dan puasa termasuk rangkaian kumulatif (rangkaian yang tak terpisah/satu paket) rukun Islam, sehingga konsekwensinya, bila salah satunya dilalaikan, maka akan berakibat gugurnya predikat “Muslim” dari dirinya.



3. Berlebih-lebihan dan boros dalam menyiapkan dan menyantap hidangan berbuka serta sahur



Ini biasanya menimpa sebagian umat yang tak kunjung dewasa dalam menyikapi puasa Ramadhan, kendati telah berpuluh-puluh kali mereka melakoni bulan puasa tetapi tetap saja paradigma mereka tentang ibadah puasa tak kunjung berubah. Dalam benak mereka, saat berbuka adalah saat “balas dendam” atas segala keterkekangan yang melilit mereka sepanjang + 12 jam sebelumnya, tingkah mereka tak ubahnya anak berusia 8-10 tahun yang baru belajar puasa kemarin sore.



4. Berpuasa tapi juga melakukan ma’siat



Asal makna berpuasa bermakna menahan diri dari segala aktifitas, dalam Islam, ibadah puasa membatasi kita bukan hanya dari aktifitas yang diharamkan di luar Ramadhan, bahkan puasa Ramadhan juga membatasi kita dari hal-hal yang halal di luar Ramadhan, seperti; Makan, minum, berhubungan suami-istri di siang hari.



Kesimpulannya, jika yang halal saja kita dibatasi, sudah barang tentu hal yang haram, jelas lebih dilarang.



Sehingga dengan masa training selama sebulan ini akan mendidik kita menahan pandangan liar kita, menahan lisan yang tak jarang lepas kontrol, dsb.



“Barang siapa yang belum mampu meninggalkan perkataan dosa (dusta, ghibah, namimah dll.) dan perbuatan dosa, maka Allah tak membutuhkan puasanya (pahala puasanya tertolak)."



5. Sibuk makan sahur sehingga melalaikan shalat shubuh, sibuk berbuka sehingga melupakan shalat maghrib



Para pelaku poin ini biasanya derivasi dari pelaku poin 3, mengapa ? Sebab cara pandang mereka terhadap puasa tak lebih dari ; “Agar badan saya tetap fit dan kuat selama puasa, maka saya harus makan banyak, minum banyak, tidur banyak sehingga saya tak loyo”. Kecenderungan terhadap hak-hak badan yang over (berlebihan).



6. Masih tidak merasa malu membuka aurat (khusus wanita muslimah)



Sebenarnya momen Ramadhan bila dijalani dengan segala kerendahan hati, akan mampu menyingkap hijab ketinggian hati dan kesombongan sehingga seorang Muslimah akan mampu menerima segala tuntunan dan tuntutan agama ini dengan hati yang lapang. Menutup aurat, misalnya, akan lebih mudah direalisasi ketimbang di bulan selain Ramadhan. Mari kita hindari sifat-sifat nifaq yang pada akhir-akhir ini sangat diumbar dan dianggap sah, Ramadhan serba tertutup, saat lepas Ramadhan, lepas pula jilbabnya, inilah sebuah contoh pemahaman agama yang parsial (setengah-setengah), tidak utuh.



6. Menghabiskan waktu siang hari puasa dengan tidur berlebihan



Barangkali ini adalah akibat dari pemahaman yang kurang tepat dari sebuah hadits Rasul yang berbunyi “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah” Memang selintas prilaku tidur di siang hari adalah sah dengan pedoman hadits diatas, namun tidur yang bagaimana yang dimaksud oleh hadits diatas? Tentu bukan sekedar tidur yang ditujukan untuk sekedar menghabiskan waktu, menunggu waktu ifthar (berbuka) atau sekedar bermalas-malasan, sehingga tak heran bila sebagian -besar- umat ini bermental loyo saat berpuasa Ramadhan.



Lebih tepat bila hadits diatas difahami dengan; Aktifitas tidur ditengah puasa yang berpahala ibadah adalah bila;



Tidur proporsional tersebut adalah akibat dari letih dan payahnya fisik kita setelah beraktifitas; Mencari rezeki yang halal, beribadah secara khusyu’ dsb.



Tidur proporsional tersebut diniatkan untuk persiapan qiyamullail (menghidupkan saat malam hari dengan ibadah)



Tidur itu diniatkan untuk menghindari aktifitas yang –bila tidak tidur- dikhawatirkan akan melanggar rambu-rambu ibadah Ramadhan, semisal ghibah (menggunjing), menonton acara-acara yang tidak bermanfaat, jalan-jalan untuk cuci mata dsb.



Pemahaman hadits diatas nyaris sama dengan pemahaman hadits yang menyatakan bahwa bau mulut orang yang berpuasa lebih harum daripada minyak misk (wangi) disisi Allah, bila difahami selintas maka akan menghasilkan pengamalan hadits yang tidak proporsional, seseorang akan meninggalkan aktifitas gosok gigi dan kebersihan mulutnya sepanjang 29 hari karena ingin tercium bau wangi dari mulutnya, faktanya bau mulut orang yang berpuasa tetap saja akan tercium kurang sedap karena faktor-faktor alamiyah, adapun bau harum tersebut adalah benar adanya secara maknawi tetapi bukan secara lahiriyah, secara fiqh pun, bersiwak atau gosok gigi saat puasa adalah mubah (diperbolehkan)



7. Meninggalkan shalat tarwih tanpa udzur/halangan



Benar bahwa shalat tarawih adalah sunnah tetapi bila dikaji secara lebih seksama niscaya kita akan dapatkan bahwa berpuasa Ramadhan minus shalat tarawih adalah suatu hal yang disayangkan, mengingat amalan sunnah di bulan ini diganjar sama dengan amalan wajib.



8. Masih sering meninggalkan shalat fardhu 5 waktu secara berjama’ah tanpa udzur/halangan (terutama untuk laki-laki muslim)



Hukum shalat fardhu secara berjama’ah di masjid di kalangan para fuqaha’ adalah fardhu kifayah, bahkan ada yang berpendapat bahwa hukumnya adalah fardhu ‘ain, berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang mengisahkan bahwa beliau rasanya ingin membakar rumah kaum Muslimin yang tidak shalat berjama’ah di masjid, sebagai sebuah ungkapan atas kekecewaan beliau yang dalam atas kengganan umatnya pergi ke masjid.



9. Bersemangat dan sibuk beribadah sunnah selama Ramadhan tetapi setelah Ramadhan berlalu, shalat fardhu lima waktu masih tetap saja dilalaikan



Ini pun contoh dari orang yang tertipu dengan Ramadhan, hanya sedikit lebih berat dibanding poin-poin diatas. Karena mereka Hanya beribadah di bulan Ramadhan, itupun yang sunnah-sunnah saja, semisal shalat tarawih, dan setelah Ramadhan berlalu, berlalu pula ibadah shalat fardhunya.



10. Semakin jarang membaca Al Qur'an dan maknanya



11. Semakin jarang bershadaqah



12. Tidak termotivasi untuk banyak berbuat kebajikan



13. Tidak memiliki keinginan di hatinya untuk memburu malam Lailatul Qadar



Poin nomor 8, 10, 11, 12 dan 13 secara umum, adalah indikasi-indikasi kecilnya ilmu, minat dan apresiasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap bulan Ramadhan, karena semakin besar perhatian dan apresiasi seseorang kepada Ramadhan, maka sebesar itu pula ibadah yang dijalankannya selama Ramadhan.



14. Biaya belanja & pengeluaran (konsumtif) selama bulan Ramadhan lebih besar & lebih tinggi daripada pengeluaran di luar bulan Ramadan (kecuali bila biaya pengeluaran itu untuk shadaqah)



15. Lebih menyibukkan diri dengan belanja baju baru, camilan & masak-memasak untuk keperluan hari raya pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan



16. Lebih sibuk memikirkan persiapan hari raya daripada amalan puasa



Mereka lebih sibuk apa yang dipakai di hari raya dibanding memikirkan apakah puasanya pada tahun ini diterima oleh Allah Ta’aala atau tidak Orang-orang yang biasanya mengalami poin-poin nomor 14, 15 dan 16 adalah orang-orang yang tertipu oleh “fatamorgana Ramadhan”, betapa tidak ? Pada hari-hari puncak Ramadhan, mereka malah menyibukkan diri mereka dan keluarganya dengan belanja ini-itu, substansi puasa yang bermakna menahan diri, justru membongkar jati diri mereka yang sebenarnya, pribadi-pribadi “produk Ramadhan” yang nampak begitu konsumtif, memborong apa saja yang mereka mampu beli.



Tak terasa ratusan ribu hingga jutaan rupiah mengalir begitu saja, padahal di luar Ramadhan, belum tentu mereka lakukan. Semoga sentilan yang menyatakan bahwa orang Islam tidak konsisten dengan agamanya, karena di bulan Ramadhan yang seharusnya bersemangat menahan diri dan berbagi, ternyata malah memupuk semangat konsumerisme dan cenderung boros, dapat menggugah kita dari “fatamorgana Ramadhan”.



Semoga Allah menganugerahi kita dengan rahmat-Nya, sehingga mampu menghindari kesalahan-kesalahan yang kerap kali menghinggapi mayoritas umat ini, amin. Hanya dengan keikhlasan, perenungan dan napak tilas Rasul, insya Allah kita mampu meng-up grade (naik kelas) puasa kita, wallaahu a’lam bis shawaab. (Ahmad Rizal, Alumni STAIL, dan KMI Gontor-Ponorogo/Hidayatullah)

0 comments

Keutamaan bulan Ramadhan dan beramal didalamnya




Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda : Ketika datang bulan Ramadhan: Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu Jannah dibuka, pintu Neraka ditutup, Setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik didalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini). ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).



Diriwayatkan dari Urfujah, ia berkata : Aku berada di tempat 'Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami seorang dari Sahabat Nabi saw. ketika Utbah melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia diam. Ia berkata: maka ia menerangkan tentang puasa Ramadhan ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda tentang bulan Ramadhan: Di bulan Ramadhan ditutup seluruh pintu Neraka, dibuka seluruh pintu Jannah, dan dalam bulan ini Setan dibelenggu. Selanjutnya ia berkata : Dan dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru : Wahai orang yang selalu mencari/ beramal kebaikan bergembiralah anda, dan wahai orang-orang yang mencari/berbuat kejelekan berhentilah
(dari perbuatan jahat). Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan." (Riwayat Ahmad dan Nasai)




Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Shalat Lima waktu, Shalat Jum'at sampai Shalat Jum'at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi." ( H.R.Muslim)




Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: puasa dan Qur'an itu memintakan syafa’at seseorang hamba di hari Kiamat nanti. puasa berkata : Wahai Rabbku,aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku hak untuk
memintakan syafa'at baginya. Dan berkata pula AL-Qur'an : Wahai Rabbku aku telah mencegah dia tidur di malam hari (karena membacaku), maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memintakan syafaat." ( H.R. Ahmad, Hadits Hasan).



Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad : Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : bahwa sesungguhnya bagi Jannah itu ada sebuah pintu yang disebut " Rayyaan".



Pada hari kiamat dikatakan : Dimana orang yang puasa? (untuk masuk Jannah melalui pintu itu), jika yang terakhir diantara mereka sudah memasuki pintu itu
maka ditutuplah pintu itu." (HR. Bukhary Muslim).



Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang ( HR.Bukhari Muslim).



KESIMPULAN : Kesemua Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita, tentang keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan beramal didalamnya, diantaranya :



Bulan Ramadhan adalah:

  • Bulan yang penuh Barakah.

  • Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.

  • Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.

  • Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.

  • Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri. (dalil 1 & 2).



Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :
  • Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.

  • Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.

  • Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah. ( dalil 3, 4, 5 dan 6).




Maraji’ (Daftar Pustaka):

1. Al-Qur’anul Kariem

2. Tafsir Aththabariy.

3. Tafsir Ibnu Katsier.

4. Irwaa-Ul Ghaliel, Nashiruddin Al-Albani.

5. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq.

6. Tamaamul Minnah, Nashiruddin Al-Albani.




0 comments

Pelajaran tekad dari Rani kecil

Rintangan tak dapat menghancurkanku. Setiap rintangan akan menyerah pada ketetapan hati yang kukuh (Leonardo da Vinci)

Setiap kali saya merasa lelah dan tak mampu, saya segera teringat pada Rani kecil.

Dulu, Rani kecil tinggal di sebuah bilik kayu mungil, di pinggir rel kereta api gunung sahari. Ia sangat menyayangi keluarganya dan suka mengarang. Ketika belum bersekolah, ia sudah mengarang sebuah puisi yang dihafalnya dan kemudian dijadikannya sebuah lagu.

Kakakku manis sekali,
aku sayang padanya
Ia pun sayang padaku,

kakakku sayang….


Sebenarnya Rani ingin sekali punya abang, tetapi ia hanya memiliki seorang kakak perempuan yang berusia dua tahun di atasnya. Dan gadis kecil itu sangat mencintai kakaknya.

Rani kecil sangat suka membaca. Ia membaca semua. Buku cerita, buku pelajaran, koran, bungkus cabai, bungkus bawang dan kertas-kertas pembungkus sayur yang dibawa pulang mama dari pasar. Gadis kecil berkepang dua tersebut menjadi kesayangan ibu dan bapak guru. Kelas satu SD ia menjadi rangking ke dua di sekolah.

Suatu hari, anak berusia tujuh tahun itu terjatuh. Kepalanya terbentur ujung besi yang lancip. Berdarah! Ia muntah-muntah beberapa kali dan segera dibawa ke rumah sakit.

”Gegar otak!”suara dokter seperti gelegar petir di telinga keluarganya. “Kita doakan saja semoga tidak ada pengaruh fatal di kemudian hari. Tetapi sungguh, saya tak dapat menjamin apa pun,” sambung dokter tersebut prihatin.

Mama, papa, kakak dan adik Rani bersedih, tetapi gadis kecil itu tak pernah mengeluh. Ia hanya tersenyum. Pun ketika kemudian dokter melakukan general check up dan ia mendapat tambahan ‘vonis’.

“Ada kelainan pada otak bagian belakang….”

“Paru-parunya kotor….”

“Jantungnya bermasalah….”

“Beberapa giginya membusuk dan tak beraturan. Kami harus mencabut 13 giginya….”

“Kami sangat menyesal. Lima benjolan kecil di kepalanya ternyata tumor…, harus diangkat.”

Bertahun-tahun Rani kecil mondar mandir dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, dari satu dokter ke dokter lain dan meminum begitu banyak jenis obat yang membuatnya mual, tetapi sedikit pun ia tak pernah mengeluh.

Ia masih suka mengarang, terutama mengarang lagu. Kadang ia mengarang lagu di rumah sakit, kadang sesaat sebelum tidur. Ia mengarang lagu tentang desa, tentang alam yang indah, tentang seorang detektif kecil. Ia juga masih senang membaca. Hanya saja kakaknya melihat sang adik sering memegangi kepala beberapa saat sambil memejamkan mata. Ya, Rani kecil sering pusing dan susah berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Tetapi ia tetap saja penggembira juga senang menyanyi.

Rani baru kelas dua SD, ketika pada suatu hari ia berkata, “Kak, aku ingin sekali punya perpustakaan. Aku juga ingin menyewakan buku-buku cerita kita pada anak-anak lain.”

Kakaknya, kelas empat SD, memandang sang adik dengan mata berbinar. “Kakak setuju. Kita taruh saja buku-buku itu di atas meja kayu, di depan rumah. Kita tawarkan pada mereka yang lewat. Kira-kira berapa harganya ya?“

“Yang tipis sepuluh rupiah. Yang tebal dua puluh lima rupiah. Boleh dipinjam selama tiga hari sampai seminggu.”

Rani dan kakaknya hanya memiliki dua puluh buku cerita. Semuanya mereka jejerkan pada sebuah meja kayu kecil di depan rumah kontrakan tempat tinggal mereka yang baru, di daerah Kebon Kosong. Ternyata banyak anak tetangga yang tertarik dan mau meminjam buku-buku itu. Uang hasil sewa buku pun mereka belikan buku-buku baru.

“Suatu hari kakak akan menulis buku-buku seperti ini,” kata kakaknya sambil memandang langit.

“Aku juga! Aku juga!”seru Rani kecil sembari tertawa memperlihatkan kawat-kawat di giginya, sambil ikut-ikutan memandang langit. Namun perlahan ia menunduk dan bertanya pelan. “Tapi apa aku bisa, kak? Aku kan gegar otak.”

Kakaknya mengangguk. “Tentu, dik. Tentu saja kamu bisa! Kamu bisa melakukan apa pun yang kakak kerjakan bila kamu mau!”

Rani kecil sering pusing, tetapi ia tak pernah berhenti belajar. Lalu Allah menunjukkan kekuasaannya! Anak gegar otak dan penyakitan yang tadinya rangking dua di kelas itu tidak menjadi seorang yang idiot! Ia malah menjadi juara satu, bahkan selalu juara umum di sekolahnya!

Rani kecil tak mau hanya termangu atau terbaring di tempat tidur. Di sela-sela waktunya bersekolah dan ke dokter, Rani kecil mengikuti berbagai kegiatan: Pramuka, karate, teater, vokal grup, apa saja.

“Saya akan melawan penyakit saya dengan berkarya, Kak. Dengan melakukan sesuatu!” kata Rani kecil sambil memandang langit.

Maka setiap kali saya lemah dalam melangkah, saya kembali teringat pada Rani kecil. Di tengah penderitaannya menahan sakit, ia berhasil masuk SMA favoritnya, SMA 1 Budi Utomo, mendapat PMDK untuk meneruskan kuliahnya di IPB, dan menjadi kecintaan teman-temannya.

Rani kecil kini berusia 30 tahun, telah menikah dengan seorang wartawan serta mempunyai sepasang anak yang cerdas dan menggemaskan. Ia menulis banyak artikel, cerpen dan cerita bersambung serta memenangkan beberapa lomba mengarang tingkat nasional. Rani juga menulis skenario televisi. Sejak buku pertamanya terbit tahun 1998 hingga 2002, total ia sudah menulis lebih dari 20 buku! Dua bukunya, Rembulan di Mata Ibu (Mizan, 2000) dan Dialog Dua Layar (Mizan, 2001) dinobatkan sebagai buku remaja terbaik Adikarya IKAPI 2000 dan 2001, sekaligus membuatnya terpilih selama dua tahun berturut-turut sebagai salah satu pengarang terbaik tingkat nasional. Bukunya yang lain, Derai Sunyi (Mizan, 2002) menjadi novel terpuji tingkat nasional versi Forum Lingkar Pena. Organisasi ini juga memilihnya sebagai Pengarang Terpuji tingkat nasional. Tahun 2003 Penerbit Mizan juga memilihnya sebagai Penulis Remaja Terbaik Mizan.

Kini ia dikenal pula sebagai Direktur Yayasan Prakarsa Insan Mandiri, sebuah yayasan yang bergerak di bidang sosial, budaya dan pendidikan. Ia turut aktif sebagai salah satu ketua Forum Lingkar Pena. Rani juga pengajar dan pemerhati dunia anak serta sering diundang untuk berbicara dalam berbagai forum diskusi dan seminar. Ia pengarang nasyid --beberapa lagunya dibawakan oleh Snada-- dan sudah meluncurkan tiga album bersama kelompok Bestari.

Ya, Rani kecil adalah Asma Nadia. Dan si kakak adalah saya sendiri. Dan setiap kali saya merasa lemah dalam melangkah saya akan selalu teringat saat-saat kami masih kecil juga tekad Asma untuk melawan semua penyakitnya dengan berkarya.

“Apa saya bisa menjadi penulis, Kak? Saya kan gegar otak?”

Pertanyaannya dulu selalu kembali terngiang di telinga saya, kala saya menatap langit malam dan melihat jutaan bintang yang berserakan, menyinari rembulan, di sana.

Tentu, anda boleh bangga jika Kakek, Bapak atau Kakak anda seorang pengarang, tetapi hanya diri anda yang mampu mewujudkan cita-cita sebagai seorang pengarang atau penulis, sebab bakat tak ada arti tanpa doa, tekad dan usaha yang sungguh-sungguh dalam mencapainya.

Maka, setiap kali saya lemah dalam berkarya, saya akan segera mengingat Rani kecil, seraya memandang langit. Dan seperti biasa, saya akan menemukan pendar cahaya itu. Cahaya mata seorang adik kecil yang menjelma bintang di sana. Menyemangati saya setiap malam.


(HTR, dari sambutan buku Aisyah Putri karya Asma Nadia)

0 comments

Puasa : Serba-serbi

Puasa memiliki dua rukun, yaitu:

Rukun Pertama: Menahan, al-Imsak



Yang dimaksud menahan, imsâk di sini adalah menahan diri dari makanan, minuman, dan hubungan suami-isteri (setubuh, jimâ') sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Firman Allah: "Maka sekarang campurilah mereka (istri-istrimu) dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu, makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam" (QS. 2. al-Baqarah: 187)



Maksudnya, setelah matahari terbenam (Maghrib) Allah membolehkan hamba-Nya untuk makan, minum dan bersatu kembali dengan istri-istrinya sampai datang fajar menyingkap kegelapan malam. Allah menyamakan malam dengan benang hitam dan siang dengan benang putih, sehingga jelaslah bahwa benang yang dimaksud di sini tidak ada hubungannya dengan kain, melainkan fajar.



Dalam kitab Sahihnya, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah Hadis dari Sahl Ibn Sa'd: "Telah diturunkan ayat, 'makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam'; dan ketika itu kata min al-fajr, fajar belum diturunkan. Maka orang-orang yang hendak berpuasa mengikatkan benang putih dan hitam pada kedua kakinya. Mereka masih asyik makan sampai benar-benar bisa melihat warna kedua benang tersebut. Kemudian turunlah firman Allah min al-fajr, fajar. Barulah mereka mengerti bahwa yang dimaksud benang hitam dan putih adalah malam dan siang.



Juga dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari 'Addâ Ibn Hatim, ia berkata: "Ketika turun ayat, 'makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam'; aku mengira, yang dimaksud adalah dua helai benang, satu berwarna putih dan satunya lagi berwarna hitam. Kemudian kuletakkan benang-benang itu di bawah bantal. Benang-benang itu kujadikan patokan. Jika telah tampak benang putih, maka aku pun mulai menahan diri, puasa. Ketika pagi menjelang, aku pun bergegas menemui Rasulullah dan menceritakan apa yang telah kuperbuat. Beliau bersabda: 'Wah, jika begitu bantalmu bertambah tebal, dong! Adapun yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah terangnya siang dan gelapnya malam'." Maksud ungkapan, "jika begitu bantalmu bertambah tebal" adalah bertambah tebal karena ditambah dua benang, hitam dan putih yang diletakkan di bawah bantal, yang oleh ayat sendiri dimaksudkan terangnya siang dan gelapnya malam.



Ketika para ulama memberi definisi puasa dengan menahan, al-imsâk, maka yang dimaksud menahan di sini adalah menahan dari semua perkara yang membatalkan puasa. Termasuk di dalamnya adalah makan, minum, dan juga hubungan badan, jimâ. Selain itu, ada juga hal-hal lain yang belum disebutkan, di antaranya sesuatu yang dimasukkan melalui rongga tubuh meskipun rongga itu bukan merupakan rongga yang biasa digunakan untuk makan atau minum, seperti infus. Maka puasa menjadi batal dengan masuknya hal-hal semacam itu ke dalam lambung dengan disengaja, baik cara memasukkannya melalui mulut, hidung, telinga, anal, maupun infus.



Adapun celak dan obat tetes yang digunakan pada mata, jika ditemukan rasanya di tenggorokan maka puasanya rusak, namun jika rasa tersebut tak ditemukan maka puasanya tetap sah (sebagian ulama berpendapat, obat tetes mata dan celak tidak membatalkan puasa meskipun ditemui rasanya di tenggorokan, karena hal itu bukan merupakan hal yang lazim sebagai pengisi perut dan tidak mengeyangkan, penyunting).



Imam Abu Hanifah dan Syafi'i berpendapat, pemakaian celak tidak membatalkan puasa. Hal ini berdasarkan riwayat bahwa Nabi saw bercelak di bulan Ramadan sedangkan beliau berpuasa. Juga karena mata bukanlah termasuk lobang yang menerus ke perut, sehingga apa yang masuk melaluinya tidak merusakkan puasa, sama seperti orang yang meminyaki rambut di kepalanya.



Adapun sesuatu yang tidak mungkin dihindari masuknya seperti air liur yang tertelan, debu jalanan, atau tepung yang diayak, semuanya tidak membatalkan puasa, dan termasuk ke dalam kategori yang di maafkan, ma'fu 'anh. Seperti juga debu atau lalat yang terbang kemudian masuk secara tidak sengaja ke mulut atau tenggorokan, mani yang keluar tanpa disengaja-sebab mimpi atau karena berpikir seputar seks, atau orang yang tiba-tiba muntah, maka hal-hal tersebut tidak membatalkan puasa.



Apabila terasa ada makanan yang tersisa di tenggorokan dan sulit untuk mengeluarkannya maka hukumnya disamakan dengan air liur di atas, tidak membatalkan puasa.



Rukun Kedua: Niat



Pengikut mazhab Syafi'i menganggap niat sebagai salah satu rukun puasa, sedangkan pengikut mazhab-mazhab lainnya menganggap niat sebagai salah satu syaratnya.



Niat secara bahasa diartikan: maksud, bermaksud (al-qashd), sedangkan secara terminologi agama diartikan dengan: "Bermaksud mengerjakan sesuatu yang dibarengi pelaksanaannya. Apabila pelaksanaanya tertunda, tidak berbarengan dengan maksudnya, maka disebut 'azm, azam, keinginan.



Dalil tentang wajibnya niat ini adalah firman Allah: "Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS 98. al-Bayyinah : 5), juga sabda Rasul: "Sesungguhnya amal perbuatan disertai dengan niat-niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang telah mereka niatkan" (HR. Bukhârî).



Diriwayatkan dari Hafshah, Ummul Mukminin ra. bahwa Nabi saw bersabda: "Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malam hari, sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya." Hadis ini menunjukkan ketidak-absahan puasa tanpa disertai niat pada malam hari. Waktu niat adalah sepanjang malam. Ia bisa dilaksanakan kapan saja sejak terbenamnya matahari dan sebelum terbitnya fajar, setiap malam bulan Puasa. Dengan niat inilah dibedakan antara ibadah dengan adat, kebiasaan. Dan dengan niat ini pula dibedakan antara ibadah fardhu dengan ibadah sunah.



Niat tidak harus diucapkan dengan lisan, karena ia merupakan pekerjaan hati. Barangsiapa sahur di malam hari dengan maksud melaksanakan puasa, maka itu sudah termasuk niat. Niat cukup pula dihadirkan dalam hati di waktu malam bahwa ia akan berpuasa hari esok.



Menurut Mazhab Mâlikî, niat tidak perlu diucapkan tiap malam, tapi cukup dilakukan sekali saja jika puasa yang dilakukan adalah puasa yang berkelanjutan dan berturut-turut, seperti puasa pada bulan Ramadan, puasa kafarat-kafarat Ramadan, kafarat membunuh, dan kafarat dzihar-, dan lainnya, selama kelanjutan tersebut tidak terputus. Jika kelanjutan puasa terputus-dikarenakan uzur, semisal bepergian, sakit, atau lainnya-, maka niat wajib dihadirkan setiap malam.



Adapun puasa yang tidak harus dilakukan berturut-turut, seperti puasa kafarat sumpah, dan puasa untuk mengqadha, mengganti puasa yang ditinggalkan, maka diharuskan berniat setiap malamnya.



Sementara untuk puasa sunah, menurut Mazhab Syafi'i, niat bisa dilakukan-di samping pada malam hari-pada waktu pagi hari, sebelum waktu Dzuhur dan dengan catatan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sebelumnya.



Menurut Madzhab Hanafî, niat puasa sunah adalah sejak malam hari hingga pertengahan siang, namun akan lebih baik bila niat dilakukan pada malam hari dan dengan mengucapkannya.



Sedangkan Mazhab Mâlikî berpendapat, niat tidak sah dihadirkan pada waktu siang hari, apa pun jenis puasanya, termasuk puasa sunah.



Madzhab Hanbalî berpendapat, niat puasa sunah bisa dilakukan pada siang hari, meskipun dilakukan setelah matahari tergelincir-sesudah waktu Dzuhur. Asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum dan seterusnya.



Dalil sahnya puasa sunah dengan niat di siang hari ini adalah Hadis yang diriwayatkan dari 'Aisyah ra. yang mengatakan: "Suatu hari Nabi saw. datang kepadaku dan bertanya, 'Apakah engkau punya makanan?' Saya menjawab, 'Tidak ada'. Beliau saw. pun lantas berkata, 'Kalau begitu aku puasa'. Di hari yang lain beliau datang lagi kepadaku. Aku katakan kepadanya, kita dihadiahi hays. Beliau menjawab, 'Perlihatkanlah kepadaku. Aku sebenarnya puasa sejak pagi'. Kemudian beliau pun memakan hays tersebut" (HR. Muslim).



Hays adalah kurma kering berserta mentega dan keju.



Sebagian ulama berpendapat, ungkapan Nabi saw di atas bersifat umum. Ada kemungkinan Nabi saw berniat puasa sejak malam, bisa juga tidak. Namun berdasarkan hadis sebelumnya, riwayat dari Hafshah di atas, niat puasa pada dasarnya dilakukan pada malam hari. Puasa ini pun berlaku umum, bisa berupa puasa fardhu, sunah, qadha maupun nazar.



Dalam masalah ini, kita boleh mengikuti salah satu pendapat mazhab-mazhab di atas, namun yang lebih afdal melakukan niat pada malam hari untuk menghindari perbedaan pendapat yang ada.



Yang Diwajibkan Berpuasa



Puasa diwajibkan bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat sebagai berikut:



Islam, baligh, berakal, dan sehat. Dalam artian, Muslim yang mempunyai kemampuan untuk menjalankan ibadah puasa. Puasa juga hanya diwajibkan bagi wanita yang dalam keadaan suci dari haid dan nifas.



Puasa tidak diwajibkan kepada orang kafir, sakit atau orang yang sudah lanjut usia yang tak mampu lagi berpuasa.



Puasa juga tidak wajib bagi anak kecil yang belum baligh. Namu jika ia mampu menjalankan puasa, maka puasanya sah dan akan mendapat pahala atas puasanya. Begitu pula dengan orang yang sakit, bepergian, lanjut usia, dan wanita hamil atau menyusui. Meskipun mereka boleh meninggalkan puasa, namun jika mereka mau berpuasa, maka puasanya tetap sah, dan hal ini lebih baik bagi mereka.



Sedangkan wanita haid atau nifas, puasa tidak sah bagi mereka kecuali setelah bersuci.



Islam, syarat ini diharuskan karena puasa merupakan ibadah, dan ibadah tidak diharuskan kecuali bagi orang-orang Muslim. Ibadah tidak wajib dilakukan oleh non-Muslim, dan juga tidak sah dilakukukan darinya.



Baligh, syarat ini diharuskan karena baligh merupakan awal permulaan seseorang menanggung kewajiban. Jika seseorang telah mencapai usia ini dan melalaikan kewajiban akan mendapatkan sanksi dan dosa. Namun jika seseorang berpuasa sebelum memasuki usia baligh, maka puasanya sah dan akan mendapatkan pahala. Bahkan akan lebih baik jika orang tua mendidik anak-anaknya untuk membiasakan ibadah sejak kecil.



Berakal, syarat ini diharuskan karena hanya dengan kemampuan berpikir inilah kewajiban bisa dibebankan. Orang gila tidak dikenai tanggung jawab karena ia tak mampu menggunakan otak normalnya.



Dalam hadis Nabi saw. mengatakan: "Pena (catatan amal perbuatan) diangkat (tidak dituliskan) karena tiga hal, karena gila sampai sembuh, karena tidur sampai terbangun, dan karena masih kecil sampai bermimpi, baligh" (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al-Turmudzi).



Syarat baligh merupakan syarat bagi wajibnya mulai melakukan puasa, puasa tidak wajib dilakukan sebelum usia ini. Namun, jika anak yang belum baligh melakukan puasa, maka puasanya sah. Dan kepada orangtua/wali untuk memerintahkan anak-anaknya melakukan puasa sehingga mereka terbiasa berpuasa sejak kecil. Hal ini jika sang anak kuat dan tidak menyebabkan efek-efek negatif bagi si anak.



Dari Rubayya' Binti Mu'awwadz, ia berkata: "Pada pagi hari yang kesepuluh Rasulullah menyampaikan kepada kampung-kampung Anshar, 'barangsiapa berpuasa (sejak awal sudah berniat puasa), maka sempurnakanlah puasanya (sampai matahari terbenam). Dan barangsiapa telah sarapan, maka berpuasalah pada sisa waktu di hari ini (setelah sarapan sampai matahari terbenam)'-kata dalam kurung dari penyunting. Setelah itu, kami pun berpuasa, juga sebagian anak-anak kecil kami; kami pergi ke masjid dan membuatkan mainan bulu untuk mereka. Ketika ada yang menangis meminta makan, kami berikan mainan itu, sampai datang waktu berbuka" (HR. al-Bukhari dan Muslim).



Islam tidak menghalangi anak-anak kecil untuk memperoleh pahala puasa, sebagimana juga ibadah-ibadah lain-semisal salat, di mana mereka saat berusia tujuh tahun telah di perintahkan untuk mengerjakannya, bahkan dianjurkan kepada orang tua yang mempunyai anak berusia sepuluh tahun untuk memukulnya-dengan pukulan yang tidak melukai-ketika anak tersebut meninggalkan salat, sehingga mereka terbiasa mengerjakan ibadah-ibadah ini.



Dan adapun syarat yang terakhir adalah sehat.



Sehat dijadikan salah satu syarat karena Allah swt tidak membebankan kewajiban puasa, kecuali kepada orang-orang yang mampu melaksanakannya. Allah berfirman: "Allah tidak membebani seseorang, selain dalam batas kemampuannya" (Q., s. al-Baqarah/2: 186). Maka, orang sakit yang tak dapat berpuasa, atau orang yang sedang bepergian, bagi mereka diperkenankan meninggalkan puasa dan menggantinya di hari yang lain.



Yang Dibolehkan dalam Puasa



Orang yang sedang berpuasa dibolehkan mandi, dan mendinginkan badan ketika cuaca terasa panas. Orang yang sedang berpuasa juga dibolehkan dalam keadaan junub saat pagi menjelang. Hal ini tidak membatalkan puasanya. Namun, akan lebih baik baginya jika segera bersuci dari hadas tersebut, agar bisa melaksanakan salat tepat pada waktunya dan juga membaca beberapa ayat al-Qur`ân.



Orang yang sedang berpuasa pun dibolehkan memakai celak, dan memakai obat tetes mata. Asalkan, ketika ada benda yang turun ke tenggorokan ia tak menelannya.



Dibolehkan juga memasukkan suntikan untuk pengobatan atau penambah kekebalan tubuh, sebagaimana dibolehkannya berkumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dengan tidak berlebih lebihan.



Begitu juga tidak akan membatalkan puasa, jika ada hal-hal yang sulit dihindari masuk tertelan, seperti air ludah, debu jalanan, atau terigu yang sedang diayak.



Orang yang berpuasa dibolehkan untuk makan , minum atau melakukan hubungan suami isteri setelah waktu maghrib hingga fajar tiba.



Yang Disunahkan dalam Puasa



Disunnahkan bagi orang yang hendak berpuasa untuk bersahur terlebih dahulu, akan tetapi tidak berdosa jika mereka meninggalkannya. Dari Anas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Sahurlah kalian karena didalamnya ada barakah" (HR. Bukhori dan Muslim). Suhur (dengan dhammah huruf sin) dapat diartikan: pekerjaannya (makan), suhur termasuk kedalam masdar (dalam ilmu nahwu).



Adapun sahur (dengan fathah sin) diartikan sebagai: makanan yang di makan pada waktu suhur, maka dengan fathah pada makanan dan dhammah pada perbuatannya. Sahur berguna untuk menguatkan kondisi tubuh orang yang sedang berpuasa. Dapat dinamakan sahur sekalipun dengan sedikit makanan atau dengan seteguk air.



Dari Abi Sa'id Al-Khudriy ra: "Dalam sahur terdapat barakah, maka jangan sampai kalian meninggalkannya, sekalipun dengan seteguk air. Sesungguhnya Allah dan para malaikat akan bersalawat bagi mereka yang melaksanakan sahur." (HR. Ahmad)



Waktu sahur di mulai dari pertengahan malam sampai adzan subuh. Sebaiknya orang yang sahur berhenti makan dan minum (imsak) beberapa detik sebelum fajar sebagai kehati-hatian, karena dikhawatirkan melewati batas waktunya. Sebagaimana di sunahkan untuk mengakhirkan sahur, maka mempercepat berbuka akan lebih utama, dengan tetap berhati-hati dengan waktu terbenamnya matahari, jangan sampai berbuka sebelum waktunya.



Dari Sahal Ibnu Sa'ad ra, bahwasanya Nabi saw bersabda: "Sebaiknya orang yang berpuasa mempercepat berbuka" dan sebaiknya berbuka dengan makanan yang lunak atau kurma, seandainya tidak ada maka cukup dengan air putih.



Sebagaimana disunahkan untuk berdoa ketika berbuka. Dari Abdullah Ibnu Amru Ibnu Al-Ash ra, bahwasanya Nabi saw bersabda: "Allah tidak akan menolak doa yang sedang berpuasa" (HR. Ibnu Majah). Ketika Rasulullah berbuka beliau berdoa: "Ya Allah Tuhanku, karena-Mu (lah) aku berpuasa, dan atas rizki-Mu (lah) aku berbuka, maka hilangkanlah rasa dahaga, basahilah tenggorokanku ini, dan limpahkanlah pahala dengan izin-Mu" Dan di riwayatkan dalam sebuah Hadits bahwasanya Rasul bersabda: "Tiga orang yang tidak akan di tolak doa-nya oleh Allah: "Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil dan orang yang di dzalimi." Dalam satu riwayat dikatakan "ketika berbuka" (HR. Turmudzi)



Sebaiknya orang yang sedang menjalankan ibadah puasa menjauhkan diri dari dosa, berbohong, berkata kotor dan keji, hendaknya ia mengerjakan shalat tarawih, membaca Al-Quran, dermawan dan murah hati kepada sesama, sesuai dengan sifat Rasulullah yang merupakan manusia paling mulia. Diriwayatkan ketika Ramadhan datang dan ia bertemu dengan Jibril setiap malamnya kemudian Jibril mengajarkan kepadanya membaca Al-Quran, menganjurkannya untuk mempercepat berbuka dan mengakhirkan sahur, berbicara seperlunya, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, berdzikir, berdo'a, I'tikaf di dalam masjid, berinfaq dan bersedekah kepada fakir miskin.



Yang Makruh dalam Puasa



Puasa pada hari syak (hari yang diragukan kebolehannya untuk berpuasa) hukumnya makruh, begitu juga dengan hukum puasa hari Jum'at SAJA, atau hari Sabtu SAJA, tanpa diiringi oleh hari-hari yang lain.



Diriwayatkan dari Ammar bin Yasir ra, ia berkata: "Barang siapa berpuasa pada hari syak, maka ia telah menyalahi ajaran Abu Al Qosim (Muhammad saw)" (HR. Abu Daud dan Turmuziy.) Turmudzy mengatakan bahwa hadis ini kedudukannya hasan sahih.



Hari syak adalah hari ke tiga puluh bulan Sya'ban. Hari syak jatuh pada hari tersebut, karena bulan sabit yang menandakan masuknya awal bulan Ramadhan belum terlihat karena tertutup awan, setelah tenggelamnya matahari pada hari ke dua puluh sembilan bulan Sya'ban. Telah disebutkan di atas bahwa hukum puasa pada hari itu makruh, kecuali jika hari tersebut jatuh pada hari dimana ia terbiasa berpuasa.

0 comments

Puasa Ramadhan

Sekarang kita sudah memasuki bulan Ramadhan. Artinya, kita akan kembali dihadapkan pada kewajiban yang termasuk dalam salah satu perkara 5 Rukun Islam, yaitu berpuasa di bulan Ramadhan. Apa itu puasa ramadhan dan apa pula hikmahnya?



1. Pembagian Ibadah Dalam Islam



Allah swt, menciptakan manusia agar ma’rifah (mengenal) kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan melaksanakan hak-hak Rububiyah-Nya. Sebagaimaan yang difirmankan sebagai berikut:



Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyat: 56)



Karena itu, Islam menjadikan ta’abbud (peribadatan) hanya kepada Allah swt, dan itu akan menjadi pertanyaan yang harus dipertanggungjawabkan pertama kali oleh seornag muslim. Arkanul Islam yang terdiri dari : membaca dua kalimat syahadat, mendirikan shalataaa, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan pergihaji ke Baitullah, adalah perwujudan dari aktivitas ibadah kepada Allah swt.



Islam membagi ibadah menjadi beberapa bagian:

  • Ibadah yang dilaksanakan oleh orang muslim yang memerlukan kekuatan badan, misalnya shalat dan puasa. Ibadah ini dinamakan ibadah Jasadiyah.

  • Ibadah yang dilaksanakan dengan mengeluarkan sebagian hartanya, misalnya zakat dan sedekah, dinamakan ibadah maaliyah.

  • Ibadah yang memerlukan harta dan kekuatan fisik, misalnya haji dan umrah.

  • Ibadah yang tampak bentuk pelaksanaannya, misalnya shalat, zakat, dan haji.

  • Ibadah yang memerlukan pengendalian hawa nafsu, seperti puasa.


Karena itu, pengendalian hawa nafsu yagn berupa meninggalkan sesuatu yang dapat membatalkan puasa bukanlah amrun salbi (perkara yang negatif). Sebab yang menjadikan puasa menjadi ibadah adalah karena orang muslim melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan degnan niat taqarub ilallah. Dengan demikian ibadah puasa adalah amal badani, amal nafsi (amal yang berkaitan dengan jiwa), dan amal ijabi (amal yang positif) yang pahalanya sangat besar.



2. Kewajiban Puasa Ramadhan



Menurut Al Quran, Al Hadits dan Ijma’, puasa ramadhan merupakan amal ibadah yang diwajibkan bagi semua muslim/ah yang berakal sehat dan telah mencapai usia baligh.



Di dalam Al Quran, Allah SWT berfirman:

’Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaijmana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al Baqarah:183)



Dalam hadits disebutkan, dari Thalhah bin Ubaidillah, ia menceritakan:

”Ada seorang Badui yang datang kepada Rasulullah dengan rambut yang kusut seraya berkata: Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku shalat apa saja yang diwajibkan oleh Allah?


Rasulullah menjawab: Hanya shalat lima waktu, kecuali jika kamu hendak menambahnya dengan shalat sunnat.


Orang tersebut bertanya kembali: Beritahukan pula kepadaku puasa apa yang diwajibkan oleh Allah?



Rasulullah menjawab: Hanya puasa Ramadhan, kecuali jika kamu hendak berpuasa sunnat.


Orang tersebut bertanya lagi: Beritahukan kepadaku zakat apa yangharus aku bayarkan?


Maka Rasulullah pun menerangkan kepadanya tentang syari’at Islam.


Akhirnya, orang Badui tersebut berkata: Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sedikit pun aku tidak akan menambah maupun mengurangi kewajiban yang telah difardhukan oleh Allah atas diriku.


Kemudian Rasulullah pun berkata: Beruntunglah jika ia benar atau akan dimasukkan ke dalam surga jika benar.” (HR Muttaqun’Alaih).



Sedangkan menurut ‘ijma kaum muslimin telah sepakat mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan.



3. Keutamaan Puasa



a. Dari Abu Hurairah, ia berkata; Bahwa Rasulullah telah bersabda:

”Puasa itu perisai. Apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, hendaklah ia tidak berkata keji dan membodohi diri. Jika ada seseorang memerangi atau mengumpatnya, maka hendaklah ia mengatakan: Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut yang keluar dari orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi. Orang berpuasa itu meninggalkan makanan dan minumannyua untuk diri-Ku (Allah). Maka puasa itu untuk diri-Ku dan Aku (Allah) sendiri yang akan memberikan pahala karenanya. Kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya.” (HR Bukhari)



b. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Bahwa Rasulullah saw telah bersabda:

”Apabila datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta syaitan di belenggu.” (HR Muslim)



Al Qadhi mengatakan: “Pengertian dibukanya semua pintu surga oleh Allah SWT bagi para hamba-Nya adalah agar senantiasa berbuat taat pada bulan tersebut, yang mana kesempatan itu tidak terdapat pada bulan-bulan lainnya. Yaitu seperti shalat tarawih dan berbagai amal kebajikan lainnya serta upaya untuk menghindari berbagai macam pelanggaran. Semuas ini merupakan kunci, sekaligus pintu untuk dapat memasuki surga Allah. Sedangkan ditutupnya seluruh pintu neraka dan dibelenggunya syaitan mengandung pengertian supaya manusia menghindari berbagai macam pelanggaran.



Al Hulaimi mengatakan: “Hal itu mengandung pegnertian bahwa syaitan senantiasa mengintai kaum Muslimin. Karenanya, mereka dibelenggu pada malam-malam Ramadhan dan bukan pada siang harinya. Sebagaimana pada waktu-waktau diturunkannya Al-Quran, Syaitan tidak diperkenankan untuk mengintai. Jadi, pembelengguan mereka itu sebagai kiasan dari ketatnya penjagaan. Selain itu juga mengadung pengertian lain, bahwa syaitan tidak mudah mengganggu kaum Muslimin pada saat berpuasa, sepertihalnya dapat mengganggu mereka pada bulan-bulan lainnya. Sebab, kaum muslimin menyibukkan diri dengan ibadah, yang dengannya mereka menahan segala bentuk hawa nafsu, juga disibukkan membaca Al-Quran dan berdzikir.”



Sedangkan ulama lainnya mengatakan: “Yang dimaksud dengan dibelenggunya syaitan pada hadits tersebut adalah sebagiannya saja., yaitu yang inkar. Adapun dibukanya pintu-pintu langit mereupakan kiasan bagi diturunkan-Nya rahmat dan dihilangkan-Nya berbagai rintangan yang menghalangi naiknya amal perbuatan, yang terkadang dengan mencurahkan taufiq dan terkadang dengan menerimanya dengan baik. Sementara ditutupnya pintu neraka jahananam merupakan kiasan dari bersihnya jiwa orang-orang yang berpuasa dari perbuatan keji dan keinginan untuk berbuat maksiat. Yaitu, dengan cara mengendalikan diri.”



Setelah mentarjih pengertian lahiriyah yang terdapat pada hadits tesebut, Al Qurthubi mengatakan: “Jika dikatakan mengapa kita masih sering melihat berbagai kejahatan dan perbuatan maksiat yang terjadi pada bulan Ramadhan, sementara syaitan telah dibelenggu, mestinya hal semacam itu tidak akan pernah terjadi? Jawabnya adalah, bahwa kejahatan dan maksiat itu berkurang jumlahnya dari orang-orang yang berpuasa, yang benar-benar memelihara syarat dan etikanya. Sedangkah yang dibelenggu itu hanya sebagian dari golongan syaitan, yaitu yang inkar saja dan bukan keseluruhan dari mereka. Kalaupujn seluruh syaitan dibelenggu, maka bukan berarti tidak akan terjadi maksiat. Karena, maksiat itu dapat ditimbulkan oleh beberapa sebab, selain syaitan itu sendiri. Seperti oleh nafsu jahat, kebiasaan buruk dan juga syaitan-syaitan yang berwujud manusia.”



Yang lainnya mengatakan: “Pembelengguan syaitan pada bulan Ramadhan itu merupakan isyarata dihilangkannya alasan negatif yang diada-adakan bagi orang-orang yang diwajibkan berpuasa. Seakan-akan dikatakan kepada mereka, syaitan dari golongan jin telah dijauhkan dari kalian, maka hendaklah kalian jangan menuruti mereka dengan meninggalkan ketaatan dan mengerjakan maksiat.”



c. Dari Abu Umamah, ia menceritakan:

”Aku pernah mendatangi Rasulullah seraya berkata: Perintahkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke surga. Beliau menjawab: Hendaklah kamu berpuasa, karena puasa itu merupakan amalan yang tidak ada tandingannya. Kemudian aku mendatangi beliau untuk kedua kalinya dan beliau pun berkata dengan nasihat yang sama.” (HR Ahmad, Nasa’I dan Al-Hakim)



d. Dari Shabat bin Sa’ad, ia berkata: Bahwa Nabi SAW telah bersabda:

”Sesungguhnya surga itu mempunyai satu pintu yang disebut Babu Ar-Rayyan. Pada hari kiamat nanti pintu tersebut akan bertanya: Di mana orang-orang yang berpuasa? Apabila yang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itu pun akan tertutup.” (HR Muttafaqun’Alaih)



e. Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Nabi SAW telah bersabda:

”Tidaklah seorang hamba berpuasa pada suatu hari di jalan Allah, melainkan dengan hari itu Allah akan menjauhkan api neraka dari wajahnya selama tujuh puluh musim.” (HR. Jama’ah, kecuali Abu Dawud).



f. Dari Abdullah bin Amr bin Al’Ash, ia berkata: bahwa Nabi SAW, bersabda:

”Berpuasa dan membaca Al Quran akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Amalan puasanya akan berkata: Ya Allah, aku telah melarangnya dari makanan, minum dan nafsu syahwat pada siang hari, sehingga ia telah menitipkan syafa’at kepadaku. Sedangkan amalan membaca Al Quran berkata: Aku telah melarangnya tidur pada malam hari, sehingga ia telah menitipkan syafa’at kepadaku di dalamnya. Maka keduanya pun memberikan syara’at.” (HR Ahmad dengan sanad shahih)



g. Dari Abu Hurairah, ia berkata, bahwa Nabi SAW bersabda:

”Barangsiapa memberikan nafkah untuk dua istri di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu pintu surga. Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan. Barangsiapa berasal dari golongan orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat, maka ia akan dipanggil dari pintu shalat, maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Bagi siapa yang berasal dari kalangan orang-orang yang suka berjihad, maka ia akan dipanggil melalui pintu jihad. Barangsiapa berasal dari golongan orang-orang yang senang-senang berpuasa, maka ia akan dipanggil dari pintu Rayyan. Dan barangsiapa berasal dari kalangan orang-orang yang suka bersedekah, maka ia akan dipanggil dari pintu sedekah.

Abu Bakar bertanya: Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, apakah setiap hamba akan dipanggil dari pintu-pintu tersebut? Lalu mungkinkah seseorang dipanggil dari seluruh pintu tersebut? Beliau menjawab: ya, ada dan aku berharap engkau wahai Abu Bakar yang termasuk salah seorang di antara mereka.” (HR Bukhari)



Demikian sekelumit tentang puasa Ramadhan.