Dalam kitab Thariqud-da’wah; bainal ashalah wal inhiraf, Syekh Musthafa Masyhur mengatakan:“Pribadi muslim adalah batu bata asasi dalam al bina’ (pembinaan), baik pembinaan al bait al muslim (keluarga muslim), atau al mujtama’ al muslim (masyarakat muslim), atau al hukumah al muslimah dan ad-daulah. Sesuai dengan kadar yang diterima oleh pribadi dalam hal tarbiyah, sesuai itu pula kekokohan bina’ (bangunan)-nya.
Aqidah dan iman yang kuat adalah asas bina’ syakhshiyyatul fardi al muslim (asas pembentukan pribadi muslim), karenanya, taqshir (keteledoran) di bidang tarbiyah terhitung sebagai kelemahan dalam al asas, dan menghadapkan bangunan kepada keambrukan, cepat atau lambat.
Tidak memberikan ihtimam (perhatian) yang layak kepada tarbiyah juga akan berdampak kepada menurunnya mustawal afrad, sehingga tidak meluluskan afrad ‘alal mustawal mas-uliyah wa tahammuli amanaatil ‘amal (pribadi-pribadi yang tidak selevel dengan tingkat tanggung jawab dan daya tahan dalam memikul berbagai amanah ‘amal), dimana seharusnya mereka meringankan beban-beban dakwah, malahan menimbulkan berbagai musykilah dan khilafat (problematika, masalah dan pertentangan-pertentangan), dan jadilah mereka itu beban dan penyibuk yang merugikan ‘amal, produktifitas dan da’wah.
Tarbiyah mempunyai pengaruh yang sangat panjang sepanjang hari-hari yang ada, dan juga dalam menghadapi berbagai peristiwa serta memenuhi mutathallabil ‘amal (tuntutan-tuntutan amal) di atas jalan da’wah, baik saat terjadi mihnah (cobaan) dan menghadapi tipu daya musuh, atau saat muncul tuntutan jihad, tadh-hiyah (pengorbanan) dan tugas-tugas lainnya.
Sangat penting juga untuk kami jelaskan bahwa tidak shahih tarbiyah hanya terbatas pada mubtadi-in (pemula) yang tidak berlaku lagi bagi al mutaqaddimin (para senior), akan tetapi, tarbiyah harus istimrar terus menerus, dan untuk berbagai level serta berbagai tangga senioritas, sebab, tidak ada seorangpun kecuali membutuhkan zad (bekal) dan tadzkiri (pengingatan)”.
(Masyhur, Musthafa dalam min fiqhid-dawah, Dar at-tauzi’ wa an-nasyr al islamiyah 1415 H – 1995 M, jilid 1 hal 187).
Selanjutnya, beliau menjelaskan tentang asbab ihmal at-tarbiyah (sebab-sebab diabaikannya tarbiyah). Dalam bab ini beliau menjelaskan bahwa asbab ihmal at-tarbiyah adalah:
- Dominan-nya aspek siyasah dalam harakah atas aspek tarbiyah. Dampaknya waktu-waktu yang terjebak pada syakliyyat (aspek-aspek formal), munaqasyat (diskusi-diskusi) dan lain-lain.
- ‘Adam I’dad Murabbiin yastau’ibuunal qadimin (tidak menyiapkan murabbi-murabbi baru yang sanggup meng-isti’ab (membina) pendatang-pendatang baru, dari sinilah mustawa tarbiyah turun. Demikian juga karena adanya ihtimam az-zaidi (perhatian berlebih) terhadap nasyr ad-da’wah (penyebaran da’wah) yang berdampak kepada banyaknya pendatang baru tanpa diimbangi oleh daya dukung untuk meng-isti’ab mereka dengan tarbiyah. Karenanya, menjadi sebuah keharusan untuk ihtimam bi i’dad murabbiin (perhatian dalam menyiapkan para murabbi) dan menselaraskan antara nasy ad-da’wah dan tarbiyah, maksudnya: antara marhalah ta’rif (level pengenalan) dan marhalah takwin (pembentukan).
- Berubahnya halaqoh menjadi fashlin tsaqafi thok yang sekedar ma’rifah (tahu) dan tahshil (dapat pelajaran), padahal seharusnya ia menjadi bautaqah lish-shaqli (bingkai tempat dituangkannya bahan baku), takwin (pembentukan), dan taqwimul akhlaq (pelurusan akhlaq). Atau secara umum, inhiraf (pengabaian) dalam hal ini adalah tafrigh wasa-il at-tarbiyah min jauhariha (pengosongan sarana-sarana tarbiyah dari mutiara intinya), sehingga sarana-sarana itu hanya mazh-har (tapilan luar) semata, baik dia itu halaqoh, atau ta’lim.
- Tersibukkan oleh bidang-bidang kegiatan tertentu, karena situasi dan kondisi yang muncul sehingga menyebabkan terabaikannya tarbiyah. Tidak shahih (benar) kalau sampai ada sesuatu hal yang menyebabkan ditinggalkannya tarbiyah karena kesibukan mengurusi sesuatu, apapun dia, termasuk jihad dan memerangi musuh, bahkan, tarbiyah dalam situasi dan kondisi yang sangat sulit dan genting itu justru menjadi urusan yang paling harus, sebab, unsur iman adalah sebab yang paling harus untuk dipenuhi dalam rangka mendapatkan ta’yid (dukungan), ‘aun (pertolongan) dan nashr (kemenangan) dari Allah swt.
Dalam buku tersebut Syekh Musthafa Masyhur juga menyebutkan berbagai bentuk inhiraf (penyimpangan), diantaranya adalah:
- Qillatul ‘Ilm (sedikit ilmu).
- Al Ihtimam bil Mazh-har dunal jauhar, wa taghlibul jidal wan-niqasy ‘alal ‘amal (perhatian hanya kepada aspek tampilan yang melupakan mutiara isinya dan dominasi debat dan diskusi yang mengalahkan amal).
- Al Irtijal wa ‘adamut-takhthith (asal jalan dan tidak ada perencanaan).
Tarbiyah dzatiyah adalah berbagai jenis program, aktifitas, dan kegiatan yang dilakukan oleh peserta tarbiyah secara mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya, baik pada sisi aqidah imaniyah, ibadah sya’airiyah, khuluqiyah adabiyah, nafsiyah, ilmiah tsaqafiyah, jasadiyah, iqtishadiyah, mihariyah maupun ijtima’iyah. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa tarbiyah dzatiyah mencakup berbagai aspek, yaitu:
1. Aqidiyah imaniyah. Maksudnya adalah program-program, dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas aqidah imaniyah dirinya.
2. Ibadah sya’airiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah-ibadah ritualnya.
3. Khuluqiyah adabiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji.
4. Nafsiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka memperkokoh kejiwaannya agar sesuai dengan kehendak Allah swt.
5. Ilmiah tsaqafiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka ilmu pengetahuan dan wawasannya.
6. Jasadiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga dan memelihara kesehatan jasmani dan tubuhnya serta menyiapkannya untuk menjadi pendukung da’wah.
7. Iqtishadiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka melatih dirinya agar berpenghasilan dan tidak menjadi beban bagi sesamanya.
8. Mihariyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menumbuhkan, menjaga, mengarahkan dan meningkatkan bakat, kecenderungan dan modal-modal dasarnya.
9 Ijtima’iyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menumbuhkan, menjaga, memelihara, mengarahkan dan meningkatkan syakhshiyyah ijtima’iyah (kemasyarakatan, keorganisasian, kebersamaan) yang ada pada dirinya.
Wallahu’alam..
0 comments:
Posting Komentar