PPC Iklan Blogger Indonesia

Ta'liful Qulub


Penulis : Abu Zaki, Lc.


KotaSantri.com : "Ruh-ruh itu adalah tentara-tentara yang selalu siap siaga, yang telah saling mengenal, maka ia (bertemu dan) menyatu, sedang yang tidak, maka akan saling berselisih (dan saling mengingkari) ." (HR. Muslim).

Inilah karakter ruh dan jiwa manusia, ia adalah tentara-tentara yang selalu siap siaga, kesatuaannya adalah kunci kekuatan, sedang perselisihannya adalah sumber bencana dan kelemahan. Jiwa adalah tentara Allah yang sangat setia, ia hanya akan dapat diikat dengan kemuliaan Yang Menciptakanya.

Allah berfirman, "Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. 8 : 63).

Dan tiada satupun ikatan yang paling kokoh untuk mempertemukannya selain ikatan aqidah dan keimanan. Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata, "Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokoh ikatan dan semulia-mulianya. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan, sedangkan perpecahan adalah saudara kembarnya kekufuran." (Risalah Ta'lim, 193).

Sebab itu, hanya dengan kasih mengasihi karena Allah, maka hati akan bertemu. Hanya dengan membangun jalan ketaatan, maka hati akan menyatu. Hanya dengan meniti di jalan dakwah, maka ia akan berpadu. Dan hanya dengan berjanji menegakkan kalimat Allah dalam panji-panji jihad fi sabilillah, maka ia akan saling erat bersatu. Maka sirami taman persaudaraan ini dengan sumber mata air kehidupan sebagai berikut :

1. Sirami dengan Mata Air Cinta dan Kasih Sayang
Kasih sayang adalah fitrah dakhil dalam jiwa setiap manusia, siapapun memilikinya sungguh memiliki segenap kebaikan dan siapapun yang kehilangannya sungguh ditimpa kerugian. Ia menghiasi yang mengenakan, dan ia menistakan yang menanggalkan. Demikianlah pesan-pesan manusia yang agung akhlaqnya menegaskan.
Taman persaudaraan ini hanya akan subur oleh ketulusan cinta, bukan sikap basa basi dan kemunafikan. Taman ini hanya akan hidup oleh kejujuran dan bukan sikap selalu membenarkan. Ia akan tumbuh berkembang oleh suasana nasehat menasehati dan bukan sikap tidak peduli. Ia akan bersemi oleh sikap saling menghargai bukan sikap saling menjatuhkan. Ia hanya akan mekar bunga-bunga tamannya oleh budaya menutup aib diri dan bukan saling menelanjangi.
Hanya ketulusan cinta yang sanggup mengalirkan mata air kehidupan ini, maka saringlah mata airnya agar tidak bercampur dengan iri dan dengki, tidak keruh oleh hawa nafsu, egoisme, dan emosi. Suburkan nasihatnya dengan bahasa empati dan tumbuhkan penghargaannya dengan kejujuran dan keikhlasan diri. Maka niscaya ia akan menyejukkan pandangan mata yang menanam dan menjengkelkan hati orang-orang kafir (QS. 48 : 29).

2. Sinari dengan Cahaya dan Petunjuk Jalan
Bunga-bunga taman hanya akan mekar merekah oleh sinar mentari petunjukNya dan akan layu karena tertutup oleh cahayaNya. Maka bukalah pintu hatimu agar tidak tertutup oleh sifat kesombongan, rasa kagum diri, dan penyakit merasa cukup. Sebab ini adalah penyakit umat-umat yang telah Allah binasakan.
Dekatkan hatimu dengan sumber segala cahaya (Al-Qur'an), niscaya ia akan menyadarkan hati yang terlena, mengajarkan hati yang bodoh, menyembuhkan hati yang sedang sakit, dan mengalirkan energi hati yang sedang letih dan kelelahan. Hanya dengan cahaya, kegelapan akan tersibak dan kepekatan akan memudar hingga tampak jelas kebenaran dari kesalahan, keikhlasan dari nafsu, nasehat dari menelanjangi, memahamkan dari mendikte, objektivitas dari subjektivitas, ilmu dari kebodohan, dan petunjuk dari kesesatan. Sekali lagi, hanya dengan sinar cahayaNya, jendela hati ini akan terbuka. "Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur'an ataukah hati mereka telah terkunci." (QS. 47 : 24).

3. Bersihkan dengan Sikap Lapang Dada
"Minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri)," demikian tegas Hasan Al-Banna. Kelapangan dada adalah modal kita dalam menyuburkan taman ini, sebab kita akan berhadapan dengan beragam tipe dan karakter orang, dan "siapapun yang mencari saudara tanpa salah dan cela, maka ia tidak akan menemukan saudara". Inilah pengalaman hidup para ulama kita yang terungkap dalam bahasa kata untuk menjadi pedoman dalam kehidupan.
Kelapangan dada akan melahirkan sikap selalu memahami dan bukan minta dipahami, selalu mendengar dan bukan minta didengar, selalu memperhatikan dan bukan minta perhatian, dan belumlah kita memiliki sikap kelapangan dada yang benar bila kita masih selalu memposisikan orang lain seperti posisi kita, meraba perasaan orang lain dengan radar perasaan kita, menyelami logika orang lain dengan logika kita, maka kelapangan dada menuntut kita untuk lebih banyak mendengar dari berbicara, dan lebih banyak berbuat dari sekedar berkata-kata. "Tidak sempurna keimanan seorang mukmin hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya." (HR. Bukhari Muslim).

4. Hidupkan dengan Ma'rifat
Hidupkan bunga-bunga di taman ini dengan ber-ma'rifat kepada Allah dengan sebenar-benar ma'rifat, ma'rifat bukanlah sekedar mengenal atau mengetahui secara teori, namun ia adalah pemahaman yang telah mengakar dalam hati karena terasah oleh banyaknya renungan dan tadabbur, tajam oleh banyaknya dzikir dan fikir, sibuk oleh aib dan kelemahan diri hingga tak ada sedikit pun waktu tersisa untuk menanggapi ucapan orang-orang yang jahil terlebih menguliti kesalahan dan aib saudaranya sendiri, tak ada satupun masa untuk menyebarkan informasi dan berita yang tidak akan menambah amal atau menyelesaikan masalah terlebih menfitnah atau menggosip orang.
Hanya hati-hati yang disibukkan dengan Allah yang tidak akan dilenakan oleh Qiila Wa Qaala (banyak bercerita lagi berbicara) dan inilah ciri kedunguan seorang hamba sebagaimana yang ditegaskan Rasulullah apabila ia lebih banyak berbicara dari berbuat, lebih banyak bercerita dari beramal, lebih banyak berangan-angan dan bermimpi dari beraksi dan berkontribusi. "Di antara ciri kebaikan Keislaman seseorang adalah meninggalkan yang sia-sia." (HR. At-Tirmidzi) .

5. Tajamkan dengan Cita-cita Kesyahidan
"Pasukan yang tidak punya tugas, sangat potensial membuat kegaduhan." Inilah pengalaman medan para pendahulu kita untuk menjadi sendi-sendi dalam kehidupan berjama'ah ini. Kerinduan syahid akan lebih banyak menyedot energi kita untuk beramal dari berpangku tangan, lebih berkompetisi dari menyerah diri, menyibukkan untuk banyak memberi dari mengoreksi, untuk banyak berfikir hal-hal yang pokok dari hal-hal yang cabang. "Dan barang siapa yang meminta kesyahidan dengan penuh kejujuran, maka Allah akan menyampaikannya walaun ia meninggal di atas tempat tidurnya." (HR. Muslim).

"Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah bersatu berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepadaMu, bertemu untuk taat kepadaMu, bersatu dalam rangka menyeru (di jalan)Mu, dan berjanji setia untuk membela syari'atMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya. Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah dengan cahayaMu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepadaMu, hidupkanlah dengan ma'rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong."



from : wanih_1983@yahoo.com

0 comments: