PPC Iklan Blogger Indonesia
0 comments

WASPADALAH TERHADAP PERANGKAP RIYA..!

IKHLAS UNTUK ALLAH TA’ALA [1]
Apa syarat diterimanya amal?
Sebelum anda melangkah satu langkah –wahai saudaraku muslim- hendaklah anda mengetahui jalan untuk merengkuh keselamatanmu. Janganlah anda memberati diri dengan amalan-amalan yang banyak,. Karena, alangkah banyak orang yang memperbanyak amalan, namun hal itu tidak memberikan manfaat kepadanya kecuali rasa capai dan keletihan semata di dunia dan siksaan di akhirat. [2]

Maka, sebelum memulai semua amalan, hendaklah anda mengetahui syarat diterimanya amal. Yaitu harus terpenuhi dua perkara penting pada setiap amalan. Jika salah satu tidak tercapai, akibatnya amalan seseorang tidak ada harapan untuk diterima. Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua : Amalan itu telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an, atau dijelaskan oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnahnya, dan mengikuti Rasulullah dalam pelaksanaannya.

Jika salah satu dari dua syarat ini rusak, perbuatan yang baik tidak masuk kategori amal shalih dan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernyataan ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala.

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya” [Al-Kahfi : 110]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar amal yang dikerjakan ialah amalan shalih, yaitu amal perbuatan yang sesuai dengan aturan syari’at. Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan orang yang menjalankannya supaya mengikhlaskan amalan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, tidak mencari pahala atau pamrih dari selain-Nya dengan amalan itu.

Al-Hafiz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya ; “Dua perkara ini merupakan rukun diterimanya suatu amalan. Yaitu, amalan itu harus murni untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keterangan serupa juga diriwayatkan Al-Qadhi Iyadh rahimahullah dan lainnya” [Tafsir surah Al-Kahfi].

PERINTAH IKHLAS, LARANGAN BERBUAT RIYA DAN SYIRIK [3]
Ketahuilah, wahai saudaraku muslim, bahwa semua amalan pasti terjadi dengan niat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya semua amalan ini terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan” [4]

Dan dalam amal itu harus mengikhlaskan niat untuk Allah Ta’ala berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat ; dan yang demikian itulah agama yang lurus” [Al-Bayyinah : 5]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman.

“Katakanlah : ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atas kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui” [Ali-Imran : 29]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memperingatkan bahaya dari berbuat riya’, dalam firman-Nya.

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu” [Az-Zumar : 65]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Allah Ta’ala berfirman ; “Aku sangat tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, dia mneyekutukan selain Aku bersama-Ku pada amalan itu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya” [HR Muslim, no. 2985]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa mempelajari ilmu yang dengannya dicari wajah Allah Azza wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk meraih kesenangan dunia dengan ilmu itu, ia tidak akan mendapat aroma surga pada hari kiamat” [5]

RIYA DAN JENIS-JENISNYA [6]
Di antara jenis riya’ ialah sebagi berikut.

1). Riya Yang Berkaitan Dengan Badan
Misalnya dengan menampakkan kekurusan dan wajah pucat, agar penampakan ini, orang-orang yang melihatnya menilainya memiliki kesungguhan dan dominannya rasa takut terhadap akhirat. Dan yang mendekati penampilan seperti ini ialah dengan merendahkan suara, menjadikan dua matanya menjadi cekung, menampakkan keloyoan badan, untuk menampakkan bahwa ia rajin berpuasa.

2). Riya Dari Sisi Pakaian
Misalnya, membiarkan bekas sujud pada wajah, mengenakan pakaian jenis tertentu yang biasa dikenakan oleh sekelompok orang yang masyarakat menilai mereka sebagai ulama, maka dia mengenakan pakaian itu agar dikatakan sebagai orang alim.

3). Riya Dengan Perkataan
Umumnya, riya’ seperti ini dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan agama. Yaitu dengan memberi nasihat, memberi peringatan, menghafalkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat, dengan tujuan untuk berdiskusi dan melakukan perdebatan, menampakkan kelebihan ilmu, berdzikir dengan menggerakkan dua bibir di hadapan orang banyak, menampakkan kemarahan terhadap kemungkaran di hadapan manusia, membaca Al-Qur’an dengan merendahkan dan melembutkan suara. Semua itu untuk menunjukkan rasa takut, sedih, dan khusyu’ (kepada Allah, pent).

4). Riya’ Dengan Perbuatan
Seperti riya’nya seseorang yang shalat dengan berdiri sedemikian lama, memanjangkan ruku, sujud dan menampakkan kekhusyu’an, riya’ dengan memperlihatkan puasa, perang (jihad), haji, shadaqah dan semacamnya.

5). Riya’ Dengan Kawan-Kawan Dan Tamu-Tamu
Seperti orang yang memberatkan dirinya meminta kunjungan seorang alim (ahli ilmu) atau ‘abid (ahli ibadah), agar dikatakan “sesungguhnya si Fulan telah mengunjungi si Fulan”. Atau juga mengundang orang banyak untuk mengunjunginya, agar dikatakan “sesungguhnya orang-orang baragama sering mendatanginya”.

PERKARA YANG DISANGKA RIYA DAN SYIRIK, PADAHAL BUKAN !

1). Pujian Manusia Untuk Seseorang Terhadap Perbuatan Baiknya
Dari Abu Dzar, dia berkata : Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Beritakan kepadaku tentang seseorang yang melakukan amalan kebaikan dan orang-orang memujinya padanya!” Beliau bersabda : “itu adalah kabar gembira yang segera bagi seorang mukmin” [HR Muslim, no. 2642, Pent)

2). Giatnya Seorang Hamba Melakukan Ibadah Pada Saat Dilihat Oleh Orang-Orang Yang Beribadah
Al-Maqdisi rahimahullah berkata : Terkadang seseorang bermalam bersama orang-orang yang melaksanakan shalat tahajjud, lalu mereka semua melakukan shalat di sebahagian besar waktu malamnya, sedangkan kebiasaan orang itu melakukan shalat malam satu jam, sehingga ia pun menyesuaikan dengan mereka. Atau mereka berpuasa, lalu ia pun berpuasa. Seandainya bukan karena orang-orang itu, semangat tersebut tidak muncul.

Mungkin ada seseorang yang menyangka bahwa (perbuatan) itu merupakan riya’, padahal tidak mutlak demikian. Bahkan padanya terdapat perincian, bahwasanya setiap mukmin menyukai beribadah kepada Allah Ta’ala, tetapi terkadang banyak kendala yang menghalanginya. Dan kelalaian telah menyeretnya, sehingga dengan menyaksikan orang lain itu, maka kemungkinan menjadi faktor yang menyebabkan hilangnya kelalaian tersebut, kemudian ia dapat menguji urusannya itu, dengan cara menggambarkan orang-orang lain itu berada di suatu tempat yang dia dapat melihat mereka, namun mereka tidak dapat melihatnya. Jika dia melihat jiwanya ringan melakukan ibadah, maka itu untuk Allah. Jika jiwanya merasa berat, maka keringanan jiwanya di hadapan orang banyak itu merupakan riya’. Bandingkan (perkara lainnya) dengan ini” [7]

Aku katakan :
Kemalasan seseorang ketika sendirian datang masuk dalam konteks sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“(Sesungguhnya srigala itu hanyalah memakan kambing yang menyendiri), sedangkan semangatnya masuk ke dalam bab melaksanakan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“(Hendaklah kamu menetapi jama’ah) [8]

3). Membaguskan Dan Memperindah Pakaian, Sandal Dan Semacamnya
Di dalam Shahih Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” [HR Muslim no. 2749, Pent]

4). Tidak Menceritakan Dosa-Dosanya Dan Menyembunyikan
Ini merupakan kewajiban menurut syari’at atas setiap muslim, tidak boleh menceritakan kemaksiatan-kemaksiatan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Semua umatku akan diampuni (atau : tidak boleh dighibah) kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, yaitu seseorang yang melakukan perbuatan (kemaksiatan) pada waktu malam dan Allah telah menutupinya (yakni, tidak ada orang yang mengetahuinya, Pent), lalu ketika pagi dia mengatakan : “Hai Fulan, kemarin aku melakukan ini dan itu”, padahal pada waktu malam Allah telah menutupinya, namun ketika masuk waktu pagi dia membuka tirai Allah terhadapnya” [HR Al-Bukhari, no. 6069, Muslim no. 2990, Pent]

Menceritakan dosa-dosa memiliki banyak kerusakan, (dan) bukan di sini perinciannya. Di antaranya, mendorong seseorang untuk berbuat maksiat di tengah-tengah hamba dan menyepelekan perintah-perintah Allah Ta’ala. Barangsiapa menyangka bahwa menyembunyikan dosa-dosa merupakan riya’ dan menceritakan dosa-dosa merupakan keikhlasan, maka orang itu telah dirancukan oleh setan. Kita berlindung kepada Allah darinya.

5). Seorang Hamba Yang Meraih Ketenaran Dengan Tanpa Mencarinya
Al-Maqdisi berkata : “Yang tercela, ialah seseorang mencari ketenaran. Adapaun adanya ketenaran dari sisi Allah Ta’ala tanpa usaha menusia untuk mencarinya, maka demikian itu tidak tercela. Namun adanya ketenaran itu merupakan cobaan bagi orang-orang yang lemah (imannya, Pent)” [9]

Demikian, beberapa penjelasan berkaitan dengan riya’. Semoga Allah Azza wa Jalla menjauhkan kita semua dari sifat buruk ini, baik dalam perkataan maupun perbuatan, serta semoga menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas dalam beramal.

Washallallahu ‘ala nabiyyna Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XII/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
__________
Footnotes
[1]. Diasadur dari Kitab Al-Ikhlas, Syaih Husain bin Audah Al-Awaisyah, Maktabah Islamiyyah, cetakan VII, Tahun 1413H-1992M halaman 9-10
[2]. Contoh dalam masalah ini adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa slam ; “Alangkah banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar. Dan alangkah banyak orang yang shalat malam, namun ia tidak mendapatkan bagian dari shalat malamnya kecuali begadang” [HR Ibnu Majah, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan oleh guru kami Syaikh Al-Albani dalam Shahihul-Jami, no. 3482]
[3]. Lihat kitab Al-Ikhlas, halaman 11-13
[4]. Bagian dari sebuah hadits di dalam dua kitab shahih
[5]. HR Abu Dawud dengan sanad yang shahih
[6]. Kitab Al-Ikhlas, halaman 63-67
[7]. Mukhtashar Minhajul Qashidin, halaman 234
[8]. Nash haditsnya ialah : “Tidaklah tiga orang tinggal di sebuah desa atau padang pasir, shalat (jama’ah) tidak ditegakkan pada diri mereka kecuali mereka akan dikuasai oleh setan. Maka hendaklah kamu menetapi jama’ah, karena sesungguhnya srigala itu hanyalah memakan kambing yang menyendiri” [HR Abu Dawud, dihasankan Syaikh Al-Albani, Pent]
[9]. Mukhtashar Minhajul Qashidin, halaman 218

0 comments

Sekedar Intermezzo .... " Ikhtilat Kenapa terjadi ?!?! "

Ass.wr.wb..

skedar intermezo, smg bermanfaat....

> "Dia ikhwan ya? Tapi kok kalau bicara sama akhwat dekat
sekali???," tanya seorang akhwat kepada temannya karena ia sering
m! elihat seorang aktivis rohis yang bila berbicara dengan lawan
jenis, sangat dekat posisi tubuhnya.
>
> "Mbak, akhwat yang itu sudah menikah? Kok akrab sekali sama
ikhwan itu?," tanya sang mad'u kepada murabbinya karena ia sering
melihat dua aktivis rohis itu kemana-mana selalu bersama sehingga
terlihat seperti pasangan yang sudah menikah.
>
> "Duh? ngeri, lihat itu? ikhwan-akhwat berbicaranya sangat
dekat??," ujar seorang akhwat kepada juniornya, dengan wajah
resah, ketika melihat ikhwan-akhwat di depan masjid yang tak jauh
beda seperti orang berpacaran.
>
> "Si fulan itu ikhwan bukan yah? Kok kelakuannya begitu sama
akhwat?," Tanya seorang akhwat penuh keheranan.
>
> Demikianlah kejadian yang sering dipertanyakan. Pelanggaran
batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal
itu bisa disebabkan karena:
> 1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat.
> 2. Sudah mengetahui, namun belum memahami.
> 3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan .
> 4. Sudah mengetahui dan memahami, namun tergelincir karena lalai .
>
> Dan bisa jadi kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk
menghiasi penampilan luar kita dengan jilbab lebar warna warni atau
dengan berjanggut dan celana mengatung, namun kita lupa
menghiasi akhlak. Kita sibuk berhiaskan simbol-simbol Islam
namun lupa substansi Islam. Kita berkutat menghafal materi Islam
namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan amal.
>
> Sesungguhnya panggilan 'ikhwan' dan 'akhwat' adalah panggilan
persaudaraan.
> 'Ikhwan' artinya adalah saudara laki-laki, dan 'akhwat' adalah
saudara perempuan. Namun di ruang lingkup aktivis rohis, ada
dikhotomi bahwa gelar itu ditujukan untuk orang-orang yang
berjuang menegakkan agama-Nya, yang islamnya shahih, syamil,
lurus fikrahnya dan akhlaknya baik. Atau bisa dikonotasikan dengan
jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan ke-'ikhwanan' -
nya atau ke-'akhwatan' -nya bila belum bisa menjaga batas-
batas pergaulan (hijab) ikhwan-akhwat.
>
> Aktivis sekuler tak lagi segan !!!
> !
> Seorang ustadz bercerita bahwa ada aktivis sekuler yang berkata
kepadanya, "Ustadz, dulu saya salut pada orang-orang rohis
karena bisa menjaga pergaulan ikhwan-akhwat, namun kini mereka sama
saja dengan kami. Kami jadi tak segan lagi."
>
> Ungkapan aktivis sekuler di atas dapat menohok kita selaku jundi-
jundi yang ingin memperjuangkan agama-Nya. Menjaga pergaulan dengan
lawan jenis memang bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki
adalah mencintai wanita dan demikian pula sebalikn! ya. Hanya
dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah sajalah yang membuat
seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.
>
> Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat
>
> Berikut ini adalah pelanggaran- pelanggaran yang masih sering
terjadi:
>
> 1. Pulang Berdua
> Usai rapat acara rohis, karena pulang ke arah yang sama maka
akhwat pulang bersama di mobil ikhwan. Berdua saja. Dan musik
yang diputar masih lagu dari Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta
lainnya.
>
> 2. Rapat Berhadap-Hadapan
> Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini
sangatlah 'cair' ! dan rentan akan timbulnya ikhtilath. Alangkah
baiknya - bila belum mampu menggunakan hijab - dibuat jarak yang
cukup antara ikhwan dan akhwat.
>
> 3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)
> Bukankah ada pepatah yang mengatakan, "Dari mana datangnya cinta?
Dari mata turun ke hati". Maka jangan kita ikuti seruan yang
mengatakan, "Ah, tidak perlu gadhul bashar, yang penting kan jaga
hati!" Namun, tentu aplikasinya tidak harus dengan cara selalu
menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat
disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata semu/samping.
>
> 4. Duduk/ Jalan Berduaan
> Duduk berdua di taman kampus untuk berdiskusi Islam (mungkin).
Namun apapun alasannya, bukankah masyarakat kampus tidak ambil
pusing dengan apa yang
> sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka adalah
aktivis berduaan, titik. Maka menutup pintu fitn! ah ini adalah
langkah terbaik kita.
>
> 5. "Men-tek" Untuk Menikah
> "Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana
takut antum diambil orang." Sang ikhwan belum lulus kuliah
sehingga 'men-tek' seorang akhwat untuk menikah karena takut
kehilangan, padahal tak jelas juga kapan akan menikahnya. Hal ini
sangatlah riskan.
>
> 6. Telfon Tidak Urgen
> Menelfon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai
urgensinya.
>
> 7. SMS Tidak Urgen
> Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada
kaitannya dengan
> da'wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.
>
> 8. Berbicara Mendayu-Dayu
> "Deuu si akhiii, antum bisa aja deh?.." ucap sang akhwat kepada
seorang ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.
>
> 9. Bahasa Yang Akrab
> Via SMS, via kertas, via fax, via email ataupun via YM.
Message yang disampaikan begitu akrabnya, "Oke deh Pak fulan,
nyang penting rapatnya lancar ! khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah
ditunda lagi yah, otre deh :)." Meskipun sudah sering beraktivitas
bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah bukan sepasang suami isteri
yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya.
> Walau ini hanya bahasa tulisan, namun dapat membekas di hati si
penerima ataupun si pengirim sendiri.
>
>
>
> 10. Curhat
> "Duh, bagaimana ya?., ane bingung nih, banyak! masalah begini ?
dan begitu, akh?." Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan,
lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang
bisa menganggu tribulasi da'wah. Apatah lagi bila yang dicurhatkan
tidak ada sangkut pautnya dengan da'wah.
>
> 11 Yahoo Messenger/Chatting Yang Tidak Urgen
> YM termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan
hal-hal penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik
pembicaraan melebar kemana-mana dan tidak fokus pada da'w! ah
karena khalwat virtual bisa saja terjadi.
>
> 12. Bercanda ikhwan-akhwat
> "Biasa aza lagi, ukhtiii? hehehehe," ujar seorang ikhwan sambil
tertawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan di
sekeliling, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.
>
> Dalil untuk nomor 1-5:
> a. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan
seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang
ketiganya ialah syaitan." (HR.Ahmad)
>
> b. Allah SWT berfirman, "Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman,
> 'Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya? ?"
> (QS.24: 30)
>
> c. Allah SWT berfirman, "Katakanlah kepada wanita yang beriman,
>
> 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya! ??" (QS.24: 31)
>
> d. Rasulullah SAW bersabda, "Pandangan mata adalah salah
satu dari panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena
Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dalam hatinya."
>
> e. Rasulullah saw. Bersabda, "Wahai Ali, janganlah engkau ikuti
pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya
boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua
adalah resiko bagimu." (HR Ahmad )
>
> Dalil untuk nomor 6-12:
> "... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya..." (Al
Ahzab: 32)
>
> Penutup
>
> Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah
dijaga.
> Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak khalwat
(berduaan), tidak ikhtilath (bercampur baur), tidak
tunduk dalam berbicara (mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk
segera menikah, itu semua adalah penjagaan tatanan kehidupan
sosial muslim agar terjaga kehormatan dan kemuliaannya.
>
> Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di
dalam Islam, sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah
dilarang. "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."
>
> (QS. Al Isra:32).
>
> Pelanggaran di atas dapat dikategorikan kepada hal-hal yang
mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan
mengarah pada zina yang sesungguhnya, na'udzubillah.
>
> Maka, bersama-sama kita saling menjaga pergaulan ikhwan-
akhwat. Wahai akhwat?., jagalah para ikhwan.
>
> Dan wahai ikhwan?., jagalah para akhwat. Jagalah agar tidak
terjerumus ke dalam kategori mendekati zina.
>
> "Ya Rabbi?, istiqomahkanlah kami di jalan-Mu. Jangan
sampai kami tergelincir ataupun terkena debu-debu yang dapat
mengotori perjuangan kami di jalan-Mu, yang jika saja Engkau tak
tampakkan kesalahan-kesalahan itu pada kami sekarang, niscaya
kami tak menyadari kesalahan itu selamanya.
>
> Ampunilah kami ya Allah.... Tolonglah kami membersihkannya
hingga dapat bercahaya kembali cermin hati kami. Kabulkanlah ya
Allah.... "

"Hidup bermanfaat untuk dunia berguna untuk akhirat"

0 comments

tentang wanita

assalamualaikum wr.wb (nia anggraeni)

Sebuah artikel tentang :Istimewanya seorang Wanita Semoga bermanfaat.. Kaum feminis bilang susah jadi wanita, lihat saja peraturan dibawah
ini:

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah
tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat
pada isterinya.
7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan
nifas yang tak ada pada lelaki.
Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk"MEMERDEKAKAN
WANITA ".

Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ?

1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.

2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taatkepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?

3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan,ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.

4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak,tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini, dan tahukah jika ia mati karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya


5. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita, yaitu : Isterinya , ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

6. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu :
sholat 5 waktu,
puasa di bulan Ramadhan,
taat kepada suaminya dan
menjaga kehormatannya.

7. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata. Masya ALLAH ! Demikian sayangnya ALLAH pada wanita... kan Ingat firman Nya, bahwa mereka tidak akan berhenti melakukan segala upaya, sampai kita ikut / tunduk kepada cara-cara / peraturan buatan mereka. (emansipasi ala western) Yakinlah, bahwa sebagai dzat yang Maha Pencipta, yang menciptakan kita, maka sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala hukumnya / peraturannya, adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan/hukum uatan manusia.

Jagalah isterimu karena dia perhiasan, pakaian dan ladangmu sebagaimana Rasulullah pernah mengajarkan agar kita (kaum lelaki) berbuat baik selalu (gently) terhadap isterimu. Adalah sabda
Rasulullah bahwa ketika kita memiliki dua atau lebih anak perempuan mampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah yang baik, maka surga adalah jaminannya. (untuk anak laki2 berlaku
kaidah yang berbeda). Berbahagialah wahai para muslimah. Jangan risau hanya untuk apresiasi absurd dan semu di dunia ini. Tunaikan dan tegakkan kewajiban agamamu, niscaya surga menantimu