PPC Iklan Blogger Indonesia

Kesabaran Modal Kesetiaan dan Pengorbanan

Kader da’wah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinya yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai tantangan dawah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai resiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang tendahulu dalam penjalanan da’wah ini belumlah seberapa.

Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk da’wah. Pengorbanan tenaga dalam amal untuk kepentingan da’wah. Pengorbanan sebagian kecil dari harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan lainnya yang telah kita lakukan. Coba lihatlah pengorbanan onang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah lalu kuda itu dipukul untuk Iari sekencang-kencang hingga robeklah orang itu. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya.

Kesabaran sebagai kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah SWT

“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dan pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Q.S Ali lmran : 146)

BiIa kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan da’wah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tunjukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai da’wah ini menjadi subur dengan perjuangan yang telah kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi genenasi yang hilang dalam sejarah da’wah ini ? Ingat, dawah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja. Militansi kader merupakan kendaraan yang akan menghantarkan kepada kesuksesan dawah ini.

Seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikannya jauh mengalahkan timbangan keburukannya, karena kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya. Tapi kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat manusia.Rasulullah saw berkata:

"Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain."
Demikian kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia tidak pernah hidup dan berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. Pengorbananlah yang memberi arti dan fungsi kepahlawanan bagi sifat-sifat pertanggunjawaban, keberanian, dan kesabaran. Begitulah, kemudian menjadi benar apa yang dikatakan oleh Sayyid Qutb: "Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar."

Syakib Arselan, pemikir Muslim asal Syiria, yang menulis buku Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Orang Barat Maju menjelaskan jawabannya dalam kalimat yang sederhana, "Karena," kata Syakib Arselan, "orang-orang Barat lebih banyak berkorban daripada kaum Muslimin. Mereka memberi lebih banyak demi agama mereka ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya." Sekarang mengertilah kita, "Apakah yang dibutuhkan untuk menegakkan agama ini dalam realitas kehidupan?" Yaitu, hadirnya para pahlawan sejati yang tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tapi hidup bagi orang lain dan agamanya serta mau mengorbankan semua yang ia miliki bagi agamanya itu.

" Wahai Saudara-Ku, mari luruskan kembali niatan kita. Jangan mengistinbathkan makna pahlawan hanya seperti yang ada di kamus besar atau peraturan presiden saja. Popularitas di dunia hanya akan semakin menjauhkan kita dari-Nya. Biarlah hanya Allah dan Rasul, beserta orang-orang beriman yang menilai hasil karya kita. Atau semuanya hanya akan sia-sia "
Wallahu a’lam bishowab

0 comments: