PPC Iklan Blogger Indonesia

Proaktif dan Amal Jama`i dalam Berdakwah

Mengapa kita harus berada dijalan dakwah?
Ketika dikatakan sebagai kewajiban, sesungguhnya bukan itu yang paling mendasar. Lebih dari �kewajiban�. Rasa �butuh� itulah sesungguhnya. Rasa butuh yang merupakan manifestasi dari rasa syukur kita yang kemudian tersimpulkan menjadi sebuah kewajiban.

Manusia terkategori menjadi tiga kelompok. Mereka adalah kelompok penyeru da�wah yang sholih, kelompok sholihin tapi tidak menyerukan da�wah dan orang-orang yang mengingkari da�wah. Kelompok pertama inilah yang menjadi alasan turunnya limpahan rahmat dan kasih sayang Alloh SWT, penghalang turunnya azab Alloh SWT yang tak hanya berupa musibah dan bencana alam tapi juga keterhinaan, kerendahan hingga keterjajahan umat Islam di dunia ini. Begitulah Alloh katakan hal ini didalam QS. Al A�rof 164.

Dakwah adalah estafet perjuangan kaum muslimin. Dakwah para Nabi berlandaskan pada dua asas yakni akidah-akhlaq dan syariat. Isi dan materi dakwah kemudian disempurnakan oleh kehadiran Rosululloh SAW. Namun estafet perjuangan terus berlanjut dari generasi kegenerasi hingga hari ini.

Beramal jama�i dalam dakwah
Dakwah diibaratkan sebagai sebuah bangunan. Bangunan tak akan berdiri dengan kokoh jika tak tersusun oleh tatanan batu bata. Kitalah batu bata itu. Untuk mendukung estafet perjuangan dakwah maka jadikan diri kita batu bata yang unik dan khas yang memiliki kriteria istimewanya. Disinilah kemudian diperlukan amal jama�i.

Dalam QS Ali Imron: 104, Alloh SWT berfirman :
� Dan hendaklah (ada) di antara kalian umat yang menyerukan pada kebaikan, memerintahkan pada kebaikan dan melarang dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang menang �.

Dikatakan dalam ayat tersebut �umat� bukan orang atau kelompok. Artinya terkandung seruan amal jama�i yang diserukan dilakukan oleh bukan atas nama perseorangan melainkan umat yakni perpaduan antara kelompok-kelompok atau jamaah-jamaah dakwah yang ada untuk mewujudkan cita-cita Islam.

Alloh SWT Maha Mengetahui, manusia akan mudah menjadi lemah manakala bekerja seorang diri, selain itu hasilnya pun juga minim efeknya (lemah). Di sisi lain, pihak-pihak yang senantiasa gigih melakukan tekanan-tekanan terhadap Islam aksi mereka pun juga berkelompok. Benarlah perkataan Ali ra, bahwa kebaikan yang tidak tertata akan mudah terkalahkah oleh kejahatan yang terorganisir dengan rapi. Disinilah kita temukan alasan perlunya tandhim atau organisasi dakwah sebagai aplikasi pertama setelah menyadari amal jama�i sebagai �keharusan�.

Kontribusi Dakwah
Tatkala �bukan da'wah infirodi� melainkan dak�wah dengan amal jama�i telah benar tertanam dalam konsep kita, lantas yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sejauh mana peran amalan kita dalam dakwah. Dengan kata lain, sejauh mana kontribusi kita terhadap dakwah.

Kontribusi Dakwah merupakan keniscayaan dalam perjuangan kita, tak peduli besar atau kecil pastilah memiliki kedudukan sangat penting dalam menegakkan Islam. Kontribusi dalam dakwah adalah memberikan sesuatu baik jiwa, harta, waktu, kehidupan dan segala sesuatu yang dipunyai untuk sebuah cita-cita. Ini menjadi salah satu karater aktivis dakwah (muwashofatul jundiyah). Karakter inilah yang sangat berperan dalam kelangsungan dakwah (Istimrarud Da�wah) meski telah dijamin oleh Alloh SWT seperti yang termaktub dalam firman Alloh QS. At Taubah: 40.

Terus dan mandegnya dakwah lantaran pengorbanan aktivisnya. Mereka yang terdepan dalam memberikan kontribusinya, merekalah yang menjadi pelangsung da�wah. Mereka yang tidak berada dalam barisan ini, menjadi mandul atau mati dakwahnya, dan Alloh akan menggantikannya dengan aktivis yang lainnya.

�Ingatlah kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Alloh. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap diri sendiri. Dan Alloh lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan-Nya; dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)� (QS. Muhammad: 3Cool.

Lantas kontribusi apa aja yang perlu diberikan oleh seorang aktivis? Banyak sisi yang bisa disumbangsihkan antara lain, kontribusi pemikiran (al atho� alal fikry), kontribusi keterampilan (al atho� al fanny), kontribusi materi (al atho� al maaly), kontribusi jiwa (al altho� an nafsy) termasuk didalamnya kontribusi waktu (al waqt) dan kesempatan (al furshokh) yang dimiliki dalam perjalanan kehidupannya., dan kontribusi kewenangan (al atho� al mulky).

Proaktif dalam dakwah
Alloh SWT berfirman �Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang arab yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rosululloh (pergi berperang) dan tidak patut pula bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rosul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Alloh. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suau bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shaleh. Sesungguhnya Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik� (QS At Taubah : 120).

Tersirat bahwa Alloh SWT tidak menyukai orang-orang yang berdiam diri dan tidak terlibat dalam perjuangan. Alloh menyebutnya bahwa perbuatan itu tidak layak. Dan sebaliknya, kepada orang yang terlibat dalam perjuangan di jalan Alloh untuk menyebarkan kebaikan dan hidayah Alloh SWT dengan apapun yang dimilikinya, Alloh menjanjikan segala yang dilakukannya akan bernilai amal shaleh. Tidak ada yang sia-sia dari orang yang berjuang di jalan Alloh, sekecil apa pun perjuangannya.

Karenanyalah kita sebagai bagian dari umat Islam tidak boleh hanya tinggal diam dengan tidak memberikan pengaruh pada dunia da�wah kita. Bekal para aktivis dakwah adalah ketaqwaan yang bisa menghadirkan pula semangat, keistiqomahan, rasa tak pernah gentar dan getir, siap menjalankan tugas da�wah kapanpun, serta mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain untuk senantiasa menjadi sholih. Berwatak merasa ringan untuk berkorban terhadap da�wah. Tidak ada sesuatupun yang merintanginya untuk berkorban, dan cepat merespon terhadap tuntutan da�wah. Inilah kader yang proaktif dalam dakwah.

Kontribusi yang disalurkan tak hanya pada ukuran quantitas pengorbanan saja, tapi aspek karakter responsivitas seorang kader dakwah juga menjadi satu tumpuan pula. Karakter ini bukan karakter pribadi yang hanya dipunyai karena bawaan lahir melainkan bisa kita miliki tentunya dengan riyadhoh-riyadhoh seperti membiasakan diri untuk memberikan kontribusi setiap hari meskipun dalam jumlah yang kecil, selalu bercermin dari pribadi muslim lain dalam berkorban sehingga menjadi termotivasi untuk melakukan hal yang sama pula, selalu menyakini akan manfaat-manfaat tadhiyah dan senantiasa meminta kepada Alloh SWT agar selalu dimudahkan dalam istiqomah intima� dengan jamaah.

Karena kita sendiri yang telah memilih dan meyakini jalan da�wah ini, maka selanjutnya kita jugalah yang melakoni dan memenuhi tuntutan dan kewajibannya. Kita tidak mungkin bisa konsisten dan teguh berjalan jika masih mengandalkan orang lain untuk terus menerus mengarahkan dan mendorong kita dalam bergerak dalam da�wah. Disinilah sekali lagi �proaktif� dalam amal jama�i itu diperlukan. Berusaha memiliki �taharruk dzaatii� atau gerakan yang didorong diri sendiri bukan orang lain.

Manakala motivasi �itu� tak muncul dalam diri, maka lihatlah kembali makna indahnya kebersamaan dengan para juru dakwah di jalan ini, renungkanlah keterikatan yang begitu indah dengan jama�ah da�wah. Meski setiap orang mempunyai kelompok dan jama�ahnya sendiri-sendiri, meski memiliki symbol dan syiarnya sendiri-sendiri, namun setiap orang, jika tidak diikat dan dihimpun oleh al haq pastilah akan bercerai berai oleh kebatilan. Wallohu a�lam bish showab.


Referensi :
1. M. Lili Nur Aulia, Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami, Jakarta : Pustaka Da�watuna, 2006
2. http://www.dakwatuna.com/

from : wanih_1983@yahoo.com

0 comments: